Nasional LSN 2019

Tradisi dan Prestasi Sepak Bola Nur Iman FC

Jum, 8 November 2019 | 05:45 WIB

Tradisi dan Prestasi Sepak Bola Nur Iman FC

Kesebelasan Nur Iman FC dari Mlangi, Region DI Yogyakarta (Foto: NU Online/164 Channel)

Bogor, NU Online
Nur Iman Mlangi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan yayasan yang didirikan tahun 2013. Yayasan tersebut menaungi pondok-pondok pesantren di Mlangi, di antaranya Almiftah, Alfalahiyah, Al-Huda, Mlangi Timur, Aswaja, Almahfudiyah.
 
Pengasuh pesantren-pesantren tersebut merupakan anak cucu penyebar Islam di wilayah itu, yakni Kiai Nur Iman atau Raden Sandyo yang merupakan kakak pertama dari Sultan Hamengkubuwono I.

Mlangi sendiri berasal dari kata mulangi atau mengajar atau berdakwah, yang menggambarkan aktivitas Kiai Nur Iman dalam menyebarkan Islam pada abad ke-18. Sebagai penghormatan kepada kakaknya, Sultan Hamengkubuwono I mengangkatnya sebagai penasihat dan menjadikan Mlangi sebagai tempat bebas pajak. Hal itu berlangsung hingga sekarang. Mlangi juga merupakan satu dari lima patok negoro Yogyakarta.

Anak-cucu Kiai Nur Iman yang kini sudah generasi keenam dan ketujuh mempertahankan tradisi leluhurnya dalam berdakwah. Mereka mempersiapkan anak muda untuk tafaquh fid din. Seluruh cabang ilmu khas pesantren diajarkan, bahkan memfasilitasi minat santri dalam ilmu beladiri, keterampilan, dan olahraga, di antaranya sepak bola.

Menurut pengasuh pesantren Al-Falahiyah Mlangi KH Fahmi Basya, tradisi sepak bola Malangi memiliki riwayat panjang.
 
"Rata-rata anak-anak kampung Mlangi memiliki hobi sepak bola. Tidak hanya main bola kulit, tapi bola api, bola durian," ungkapnya. 

Untuk mengembangkan talenta santri, pesantren-pesantren Mlangi membentuk Nur Iman United. Mereka memanfaatkan lapangan desa untuk berlatih bersama. Mereka memiliki jadwal berlatih tiap Jumat dan Selasa.

"Generasi abah-abah kita lulusan pondok Lasem memiliki tradisi libur mengaji hari Selasa pagi dan Jumat pagi. Itu kita gunakan main bola," ungkap Fahmi.

Supaya permainan terarah, pihak Nur Iman memanggil salah seorang lulusannya yang pernah menjadi pemain profesional di PSS Sleman, Eko Setiawan, untuk melatih santri.

Ketika ada Liga Santri Nusantara, Nur Iman berupaya menunjukkan hasil latihannya. Prestasi musim 2015, mereka menjadi juara pertama di seri region. Sementara di seri nasional yang berlangsung di Sidoarjo, mereka mendapatkan juara 3.

Pada tahun 2016, sebagai tuan rumah, mereka membuktikan sebagai yang terbaik. Mereka berhasil mengangkat tropi dan membawa pulang piala bergilir liga santri. Namun sayang, dua musim berikutnya 2017 dan 2018, mereka tak berhasil lolos dari seri regional. Mereka dikalahkan kesebelasan yang sama, yakni Nurul Iman Bantul, dua kali di dua musim.

Di musim tahun ini, 2019, Nur Iman kembali ke Liga Santri Nusantara. Mereka tak terkalahkan di seri regional. Bahkan tanpa pernah kebobolan satu gol pun. Di seri nasional yang berlangsung di Bogor, Jawa Barat, perjalanan mereka juga terbilang mulus, tak pernah kalah dan kebobolan. Bahkan pernah mencukur 7-0 kesebelasan Darud Da'wah wal Irsyad (DDI) Kaballangan, tim asal Pinrang Sulawesi Selatan. 
 
Juara pertama, mengulang prestasi 2016, tinggal di depan mata. Mereka hanya butuh satu kali kemenangan lagi di partai final, melawan Al-Ma'mur dari Region Banten. Kedua tim akan bertanding sore ini di Stadion Mini Cibinong, pukul 14.00. 
 
 
Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan