Nasional ENSIKLOPEDI NU

Tragedi Pemilu 1977

Ahad, 7 Oktober 2012 | 01:30 WIB

Pembunuhan KH Hasan Basri
Aktivis NU dan anggota Komisaris PPP Brebes-Jawa Tengah, tahun 1977. Ia merupakan salah satu korban kekerasan rezim Orde Baru. Ia tewas oleh sekelompok orang yang tidak dikenal, mayatnya diceburkan di sumur.
<>
Harian Pelita memuat peristiwa pembunuhan anggota komisaris PPP, Kiai Hasan Basri, di Brebes, Jawa Tengah.

Koran tersebut mengungkapkan kronologi pembunuhan ini, mulai dari rumah almarhum yang digedor-gedor hingga anaknya yang dipukuli di Koramil, lalu dipukuli. Pemuatan kronologi ini bertujuan menolak pernyataan pemerintah bahwa Kiai Hasan Basri tewas menjatuhkan diri ke sumur.

Berita ini disandingkan di bawah foto Soeharto yang sedang duduk, sambil senyam-senyum, saat berbicara dengan duta besar Brazil, Leonardo Elulio, yang pamitan dari Indonesia. Ia juga memuat foto besar Soeharto sedang berdiri saat menyambut kedatangan Fred D. Hartley, Presiden Union Oil Company dari California, AS. 

Di atas foto itu ada judul headline: “Sekitar 2,5 juta surat suara yang ‘tidak sah’ akan ditinjau kembali”. Tentulah, penampilan Pelita edisi 6 Mei 1977 ini bukan tanpa tujuan. 

Pembakaran Asembagus
Merujuk pada aksi kekerasan oleh orang tak dikenal di desa Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. Di Asembagus terdapat sebuah pesantren besar pimpinan Kiai As’ad Syamsul Arifin. 

Kekerasan berupa pembakaran lebih dari 140 rumah milik para kiai dan penduduk ini adalah bagian dari intimidasi pada warga NU yang dilakukan oleh penguasa Orde Baru menjelang Pemilu 1977. 

Kekerasan serupa meluas hampir di seluruh kota-kota basis santri atau Nahdlatul Ulama, baik di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Madura, Sulawesi, hingga Lombok.

Harian Pelita edisi 8 Mei 1977 yang memuat foto-foto rumah yang dibakar dan kekerasan-kekerasan dan kecurangan-kecurang Pemilu 1977 mendapat surat peringatan keras dari Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban. (Hamzah Sahal)