Nasional

Transformasi Pendidikan, Pegiat Literasi Dorong Literasi Digital Masuk Kurikulum

Rab, 13 Desember 2017 | 04:15 WIB

Jakarta, NU Online
Di tengah pertumbuhan teknologi internet dan perkembangan sosial media yang massif, penting untuk mengkampanyekan literasi digital. Hal ini, menjadi kesepakatan lintas institusi, dalam diskusi Literasi Digital untuk Masa Depan Generasi Milenial yang dihelat di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (12/12) malam.
 
Diskusi yang diselenggarakan Pustekkom Kemdibud bekerjasama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dimoderatori Munawir Aziz (periset, LTN PBNU) dihadiri oleh pakar dan praktisi digital. Di antaranya, Alois Wisnuhardana (Kantor Staf Presiden/KSP Bidang Informasi), Hasan Chabibie (Pustekkom Kemdikbud), Ubaidillah Sadewa (Komisioner KPI), Dani (Telkom) dan Hamzah Sahal (RMI PBNU).

A Wisnuhardana menyampaikan bagaimana pentingnya literasi digital untuk menyehatkan komunikasi antarwarga di media sosial.

"Saat ini, teknologi internet dan media sosial memiliki peran signifikan. Ironisnya, masih banyak hoaks dan konten-konten yang negatif. Kita harus bergerak bersama, menyingkirkan konten-konten sampah, lalu memproduksi konten-konten kreatif dan inspiratif untuk menyegarkan kembali media sosial dan media digital kita," ungkap Wisnu.

Wisnu menyampaikan pemerintah saat ini sangat serius mendorong transformasi digital.

"Presiden Joko Widodo serius dengan transformasi digital, untuk mendorong industri kreatif. Generasi milenial diharapkan melahirkan kreator yang mampu menginspirasi Indonesia dan dunia, dengan start-up dan unicorn bisnis yang membantu menjawab kebutuhan publik," jelas Wisnu.

Hasan Chabibie menawarkan strategi literasi digital dan kampanye kreatif media sosial.

"Literasi digital penting agar warga Indonesia, khususnya generasi milenial, barisan generasi mudanya tumbuh dalam suasana media digital yang kondusif, jauh dari kebencian. Saat ini, ketika diskusi-diskusi tentang cerdas bermedia sosial telah massif, bagaimana men-create isu ini menjadi kepentingan bersama? Bagaimana cara sinergi dan bergerak bersama-sama, lintas institusi?" ungkapnya.

Hasan mendorong, literasi digital menjadi isu bersama, yang dikawal pemerintah, ormas dan komunitas, untuk membuka ruang kreativitas dengan teknologi digital.

Komisioner KPI, Ubaidillah Sadewa, berharap literasi digital menjadi isu bersama.

"Sekarang ini, generasi muda harus didorong untuk kreatif dan produktif di media sosial. Perdebatan dan sengketa di ruang digital, tidak menarik bagi anak muda. Mereka tertantang dengan kreativitas, dan kompetisi ide yang mendorong eksistensi dan kemandirian finansial," ungkapnya.

Pengurus Rabithah Ma'ahid Islamiyyah (RMI-NU), Hamzah Sahal mengusulkan pentingnya literasi digital masuk ke kurikulum.

"Saya kira harus ada adab, etika bermedia sosial. Apakah ini mungkin masuk ke kurikulum pendidikan kita? Sangat mungkin, karena ini strategis," jelas Hamzah, yang juga founder alif.ID.

Diskusi diakhiri dengan kesepakatan sinergi antarpihak, dari KSP, Pustekkom Kemdikbud, KPI, dan RMI-PBNU untuk bersama mengkampanyekan literasi di ranah digital. Juga, dorongan untuk memasukkan Literasi Digital dalam kurikulum pendidikan, baik di pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Kampanye literasi digital membuka ruang kreativitas yang lebih luas di ranah digital dan media sosial, serta menginspirasi generasi milenial untuk konsisten berkarya. (Red: Kendi Setiawan)