Pamekasan, NU Online
Masyarakat Madura diliputi duka yang amat mendalam. Pasalnya, ulama kesohor yang Pengasuh Pondok Pesantren Kebun Baru, Kacok, Palengaan, KH Ach. Mu'afa Asy'ari menghembuskan nafas terakhirnya, Kamis (24/1) sekitar pukul 09.30. <>
Wafatnya Mustasyar PCNU Pamekasan ini, bersamaan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hujan lebat mengiringi kepergian suami Ny Hj Nur Awaliyah Mawardi.
Saat NU Online tiba di Pondok Pesantren yang dihuni sekitar 1.300 santri tersebut, masyarakat dari berbagai penjuru Madura sudah mulai menyemut. Para ulama pun merapatkan barisan guna menyembahyangi sekaligus mendoakan kelangsungan masa depan Kiai Mu'afa di akhirat.
Saudara almarhum, RKH Misbahul Munir, Lc, menuturkan bahwa Kiai Mu'afa didera penyakit komplikasi sejak tiga bulan terakhir. Selama itu, pihak keluarga sudah membawanya ke berbagai rumah sakit yang ada di Madura maupun di luar Madura.
"Dan beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Ponpes Kebun Baru, setelah sebelumnya rawat inap di rumah sakit Graha Merta Dr Soetomo Surabaya. Rumah sakit ini, angkat tangan sejak H-3 dari wafatnya beliau," tegasnya dengan wajah sayu.
Rusdiyanto, salah seorang guru di Kebun Baru, menyatakan bahwa selama hidupnya, Kiai Mu'afa dikenal sangat berwibawa sehingga disegani banyak kalangan.
Kiai Mu'afa memiliki dua saudara. "Selain Kiai Misbahul Munir, Kiai Mu'afa juga bersaudarakan Ny Hj Robiatul Adawiyah Asy'ari. Dan Kiai Mu'afa meninggalkan anak angkat sematawayangnya, R Abu Sa'adad Nurul Ulum," terang H Muhammad Ali Wafa, Ketua II Bidang Madrasiyah Kebun Baru.
Diakui, selama hidupnya, perjuangan Kiai Mu'afa dalam menebarkan paham Aswaja cukup tinggi. "Bisa dikata, selama hidupnya diperjuangkan untuk NU," terang KH Ahmad Asir, Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian NU Pamekasan.
Untuk diketahui, Kiai Mu'afa mengawali perjalanan hidupnya dengan mengaji kepada ayahandanya, KH Moh Asy'ari. Setelah itu, ia melanjutkan petualangannya dalam mencari ilmu dengan masuk Sekolah Dasar dan madrasah milik ayahandanya. Itu, ditempuhnya selama 6 tahun.
"Setelah tamat SD dan MI, dalam sejarahnya, beliau ingin melanjutkan pendidikannya di sekolah umum, tetapi sang ayah tidak merestui. Lalu, Pesantren Sidogiri menjadi pilihan dalam pelabuhan ilmu agama bagi beliau," tutur Jailani, salah seorang santri.
Dikatakan, awal mula Kiai Mu'afa menginjakkan kaki di Sidogiri ialah tahun 1973 M. Ketika itu, ia diterima di kelas enam Ibtidaiyah, setelah mengikuti tes layak masuk. Setamatnya kelas enam Tsanawoyah, ia menjadi utusan reguler mengajar setahun di Desa Baddian Tamanan Bondowoso, sebagai bentuk penerapan ilmu yang telah dipelajari selama di Sidogiri.
Setelah menjalankan tugas di Baddian, Kiai Mu'afa masih melanjutkan pendidikannya di Sidogiri dengan masuk Kuliah Syariah. Dalam menjalankan kewajiban sebagai santri, Kiai Mu'afa sangat antusias dalam segala bidang.
"Sehingga, tak selang beberapa lama, beliau diangkat sebagai Ketua Ikatan Keluarga Santri Madura (IKSMA) pada 1981-1982. Kemudian pada 1983-1984, beliau diangkat menjadi wakil kepala MMU Ibtidaiyah," beber KH Ahmad Asir.
Pada 1984, Kiai Mu'afa boyong dari Sidogiri dan langsung ke Mekkah, tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu untuk melanjutkan pendidikannya.
"Selama di Mekkah, beliau menetap di kediaman Syaikh Ismail Al Yamani sekitar tujuh tahun," tekannya.
Setiap hari, Kiai Mu'afa mengaji kitab Hadits Kutub as-Sittah (Shohih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Daud, Thurmudzi, Ibnu Majah, dan An-Nasa'i. Selain mendalami hadits-hadits Nabi, beliau juga mengaji kitab Ihya' Ulumuddin setiap Hari Jumat yang ditempuh selama tiga tahun.
Dalam usaha menggapai cita-cita yang luhur, selama di Mekkah, tambahnya, Kiai Mu'afa juga berguru kepada Syaikh Mohammad Alawi Al-Maliki. Dari Syaikh inilah, Kiai Muafa mendapat ijazah plus Sanad Kitab Kutub as-Sittah.
"Selain itu, beliau juga berguru kepada Syaikh Abdullah al-Lahji, Syaikh Abdullah Dardum dan Syaikh Yasin Al-Fadani. Dari ketiga ulama tersebut, beliau lebih banyak mengambil ilmu gramatika arab (ilmu nahwu)," tukasnya.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Hairul Anam
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jadilah Manusia yang Menebar Manfaat bagi Sesama
2
Khutbah Jumat: Menjaga Keluarga dari Konten Negatif di Era Media Sosial
3
Khutbah Jumat Hari Anak: Didiklah Anak dengan Cinta dan Iman
4
Khutbah Jumat: Ketika Malu Hilang, Perbuatan Dosa Menjadi Biasa
5
PBNU Soroti Bentrok PWI-LS dan FPI: Negara Harus Turun Tangan Jadi Penengah
6
Khutbah Jumat: Menjadi Muslim Produktif, Mengelola Waktu Sebagai Amanah
Terkini
Lihat Semua