Nasional

Ulama Mesir Ingatkan Organisasi Islam Tak Merasa Lebih Tinggi dari Negara

Rab, 26 Oktober 2022 | 17:00 WIB

Ulama Mesir Ingatkan Organisasi Islam Tak Merasa Lebih Tinggi dari Negara

Syekh Musthafa Zahran (paling kanan) dalam Seminar Internasional pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (26/10/2022). (Foto: NU Online/Sofyan Anom)

Jakarta, NU Online

Ulama asal Mesir Syekh Musthafa Zahran mengingatkan organisasi-organisasi Islam di seluruh dunia agar tidak merasa lebih tinggi dari kedudukan negara. Sebab suatu organisasi akan rusak manakala merasa lebih tinggi dari negara. 


Hal tersebut diungkapkan dalam Seminar Internasional pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Rabu (26/10/2022).


Lebih lanjut, Syekh Musthafa berpesan agar tetap berpegang teguh pada falsafah negara Indonesia, yakni Pancasila. Ia memandang Pancasila merupakan falsafah negara yang paling baik.


"Saya berdeklarasi di sini bahwa Pancasila adalah falsafah negara yang paling baik yang paling bagus, maka kalian harus bangga menjadi warga Indonesia yang memiliki Pancasila," ungkap Syekh Musthafa Zahran.


Ia berpendapat, konflik dan kekerasan atas nama agama kerap terjadi lantaran masih ada sekelompok agama yang berpikir secara kaku, seperti enggan mengkompromikan agama dengan kearifan lokal. 


"Masih banyak orang yang memiliki cara pandang dan pemikiran kaku yang tidak ingin menerima budaya orang lain. Dari situlah konflik kekerasan dari berbagai negara terjadi khususnya Islam itu sendiri," katanya.


"Kita berdakwah harus mengikuti kearifan lokal dan adat yang ada, seperti Mesir yang mempunyai adat sendiri, begitu juga negara-negara lain yang memiliki budaya tersendiri," imbuh Syekh Musthafa Zahran. 


Karena itu, ia mengajak para pendakwah untuk memiliki pemikiran yang luas dan mampu menerima budaya atau adat istiadat setempat. 


"Ketika berdakwah berikan dakwah yang sejuk dan mudah diterima oleh orang banyak," harapnya. 


Sementara itu, CEO Center for Shared Civilizational Values (Pusat Nilai-Nilai Peradaban Bersama) C Holland Taylor mengakui bahwa masyarakat Eropa sangat ingin belajar Islam tetapi takut salah memilih sumber atau referensi.


"Maka NU sangat bagus untuk berdakwah menjadi sumber untuk mengajarkan keagamaan di negara barat," ungkap Taylor.


Staf Khusus Menteri Agama RI Isfah Abidal Aziz menyebutkan tiga tantangan dalam beragama. Pertama, berkembangnya cara pandang beragama yang mengesampingkan martabat kemanusiaan.


Kedua, bekembangnya pemikiran subjektif atas perspektif keagamaan yang berakibat pada pemaksaan kehendak terhadap orang lain dengan kepentingan politik.


"Ketiga, menguatnya semangat beragama yang tidak selaras dengan prinsip berbangsa dan bernegara," jelas Isfah.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad