Nasional

Usai Reformasi, Gerakan Islam Radikal Kian Memprihatinkan

Rab, 29 Mei 2019 | 02:30 WIB

Usai Reformasi, Gerakan Islam Radikal Kian Memprihatinkan

Akh Muzakki pada Kajian Ramadhan PW ISNU Jatim.

Surabaya, NU Online
Maraknya gerakan radikal Islam akhir-akhir ini telah banyak mengundang kekhawatiran banyak pihak. Tak hanya mempengaruhi kelompok tertentu, namun sudah banyak menyasar ke semua golongan dan usia serta profesi.                                
Hal itu ditegaskan Ahmad Muzakki pada saat acara Kajian Ramadhan yang diselenggarakan Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur. Kegiatan berlangsung di gedung Salsabila, kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, Selasa (28/5).

Menurut pengamat gerakan radikal tersebut, pandangan selama ini yang mengatakan bahwa radikalisme hanya muncul pada orang-orang dengan ekonomi lemah harus dibuang jauh. Sebab saat ini radikalisme sudah mewabah di semua kalangan.

"Setiap ada momentum, mereka pasti bangkit. Dari sisi skala sekarang ini terorisme itu sangat dekat dengan kehidupan kita. Mereka tidak mengenal usia, latar belakang dan profesi," ujar Sekretaris PWNU Jatim ini pada acara dengan tema Peta Gerakan Islam Radikal di Indonesia Pascareformasi.                                        

"Kalau selama ini radikalisme dianggap didominasi kaum miskin, faktanya semua kalangan masuk mulai dari ASN (Aparatur Sipil Negera, red) masuk. Demikian pula profesi yang selama ini jarang tersentuh juga sekarang sudah masuk, terbukti Polwan dari Maluku juga demikian," ungkapnya.
         
Menurut guru besar sosiologi pendidikan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut, radikalisme hanya mengalami pergeseran mempengaruhi semua kalangan. “Pergeseran pola dalam melibatkan aksi terorisme juga telah mengalami perubahan. Hal itu terlihat saat muncul pada kasus bom Surabaya setahun lalu,” urainya. 

Akh Muzakki mengemukakan, setahun yang lalu persis menjadi titik puncak atas pergeseran pola. “Dari orang dewasa melibatkan anak-anak, dari laki-laki dewasa melibatkan perempuan, dari mereka yang selama ini terlibat di gerakan sudah mulai menyasar yang lainnya. Saya menyimpulkan teroris sangat dekat dengan kehidupan kita," terangnya.

Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur tersebut juga menolak penyebaran paham radikalis disebabkan kurangnya pemahaman agama yang terpapar. “Sebab, ada tiga level radikalis yang saling bertautan dalam penyebarannya. Ketiga level ini mempunyai berbagai faktor kenapa paham radikalis begitu mudah menerima atau saling menyebarkan,” katanya di hadapan peserta.

"Ada level ideolog, ada level tengah, ada level bawah,” ungkapnya. 

Level ideolog ini pemahamannya (agama) bagus. Bahkan tidak jarang ada kalangan yang hapal Al-Qur’an, serta mereka yang level keagamaan di atas rata-rata. “Nah, di bawah mereka itu yang memang mengalami deprivasi sosial," ungkapnya. 

Tetapi level menengah yang menyambungkan level bawah dan atas ini yang variatif. Di sana ada orang yang hidupnya secara material telah selesai, tetapi tidak secara keagamaan. Ada juga orang-orang yang selesai dengan dunia keagamaannya tapi tidak selesai dengan materialnya. “Itu di wilayah tengah,” tegasnya. 

Dan yang membuat sengkarut itu dalam pandangan Akhmad Muzakki adalah pemain tengah itu.                  

Sementara itu Ketua PW ISNU Jatim Mas'ud Said menyampaikan dalam pertemuan ini tiga agenda selain dialog.Yakni rencana Halal bi Halal Summit di Pesantren Nurul Jadid Paiton, kemudian kaderisasi PW ISNU dan PC ISNU, serta rencana keikut sertaan PC ISNU dalam ajang PWNU Jatim AWard tahun 2019. (Imam Kusnin Ahmad/Ibnu Nawawi)