Nasional

Virdika Sebut Peralihan Kekuasaan Sarat dengan Intrik

NU Online  ·  Rabu, 29 Januari 2020 | 01:30 WIB

Virdika Sebut Peralihan Kekuasaan Sarat dengan Intrik

Virdika, Penulis Buku Menjerat Gus Dur saat bedah buku di Bali, Ahad (26/1). (Foto: NU Online/Abraham Iboy)

Denpasar, NU Online
Penulis buku Menjerat Gus Dur, Virdika Rizky Utama ingin terus mengingatkan kepada para pengikut Gus Dur agar jangan sampai bernasib sama dengan pengikutnya Soekarno. Hal ini ia ungkapkan saat acara bedah buku di Aula Gedung PWNU Bali pada Ahad (26/1) malam.
 
Menurut Virdi, peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Soeharto selama ini dianggap sebagai proses yang wajar. Selama tiga puluh dua tahun Soeharto berkuasa tidak pernah ada yang berani mengungkap. 
 
"Padahal peralihan kekuasaan itu sarat dengan intrik, itu kudeta penurunan paksa," jelas Virdi.
 
Sama halnya dengan Gus Dur, Virdi melanjutkan, bahwa penurunan Gus Dur bukan karena melanggar konstitusi sebagaimana yang dinarasikan. Tapi Gus Dur diturunkan paksa oleh para oligarki politik sisa orde baru.
 
"Pengikut Gus Dur harus tau itu sebagai pembelajaran, untuk diingat, jangan sampai senasib dengan pengikut Soekarno yang disebut Marhaen, yang cenderung melupakan bahwa itu penurunan paksa," jelasnya.
 
Kemudian ketika menanggapi pertanyaan dari peserta terkait apakah buku tersebut pesanan dari pihak-pihak tertentu, Virdi mengatakan membutuhkan waktu dua tahun untuk meriset bukunya, dan biaya untuk meriset ia sisihkan dari hasil kerjanya sebagai jurnalis.
 
"Saya bebas, saya independen, saya tidak terikat dengan siapapun, saya kerjakan ini karena menurut saya ini penting," tegasnya.
 
Kehadiran Virdi di Bali ini merupakan agenda roadshow bedah buku 'Menjerat Gus Dur' yang juga sudah diagendakan di berbagai tempat di Indonesia. 
 
Berikut jadwal roadshow tersebut: 13 Januari, buku dibedah di Ciganjur, Jakarta Selatan, 18 Januari di PMII Batang, 19 Januari UNNES Semarang, 20 Januari Uinversitas Negeri Yogyakarta, 22 Januari Universitas Negeri Jakarta, 23 Januari di PARA Syndicate Jakarta, 24 Januari LBHNU Kabupaten Lamongan, 26 Januari di Bali.
 
Selanjutnya 28 dan 29 Januari di Lampung, 30 Januari di Banten, 1 Februari bersama Gusdurian Bandung, 2 Februari di Purbalingga, Jawa Tengah, 4 Februari di PWNU Jawa Timur, 5 Februari PMII Jember dan Pondok Pesantren Al-Fattah Jember, 6 Februari di PCNU Kencong, Jember, 7 Februari di Gusdurian Solo, 8 Februari di UGM Yogyakarta, dan 10 Februari di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 
 
Selanjutnya pada 11 Februari di Wonosobo, Jawa Tengah, 12 Februari Gusdirian BWI dan Komunitas Pegon Jawa Timur, 13 Februari di Universitas Bayangkara, 17 Februari PC PMII Malang, 18 Februari UIN Walisongo Semarang, 19 Februari UIN Sunan Ampel Surabaya, 20 Februari LPM FUM Jombang.
 
Dilanjutkan 21 Februari PMII Kediri, 24 Februari IAIN Surakarta, 25 Februari Lakpesdam Jepara, 26 Februari Gusdurian Lamongan, 27 Universitas Nurul Jadid Probolinggo, 28 Februari PMII STAIMA Cirebon, 3 Maret Ansor Tuban, 4 Maret PCNU Sleman, dan 5 Maret Gusdurian Kebumen.
 
Kontributor: Abraham Iboy
Editor: Muhammad Faizin