Nasional

Buku 'Menjerat Gus Dur' Agar Generasi Muda NU Paham Kiai Dilengserkan saat Jadi Presiden

Kam, 23 Januari 2020 | 10:15 WIB

Buku 'Menjerat Gus Dur' Agar Generasi Muda NU Paham Kiai Dilengserkan saat Jadi Presiden

KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. (AFP)

Jakarta, NU Online
Selama ini, informasi yang diterima publik, khususnya generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) tentang sebab pelengseran Gus Dur dari kursi presiden adalah karena kasus Bruneigate dan Buloggate. Namun, kata Direktur NU Online Savic Ali, dengan terbitnya buku 'Menjerat Gus Dur' yang ditulis Virdika Rizky Utama membuat generasi muda NU dapat mengetahui fakta yang sebenarnya tentang penjatuhan Gus Dur.

Demikian disampaikan Savic saat menjadi pembahas pada acara bedah buku 'Menjerat Gus Dur' yang diselenggarakan di Aula Gedung Bung Hatta Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur, Rabu (22/1). Kegiatan tersebut diselenggarakan Prodi Pendidikan Sejarah UNJ.

"Saya ketemu dengan anak-anak muda NU dan mereka terkejut. 'Dulu itu begini, ya Mas'. Mereka gak tahu. Mereka cuma tahu hanya Gus Dur jatuh dan ketika Gus Dur jatuh yang dinget bahwa dulu Gus Dur punya kasus Bruneigate dan Buloggate. Itu jelas sebuah image yang buruk, tidak pernah terjelaskan, tapi dengan buku ini puluhan ribu generasi NU saya kira sudah tahu," kata Savic.

Savic mengatakan, buku yang diterbitkan NUmedia Digital Indonesia ini menjadi bacaan penting bagi generasi muda NU karena menjelaskan momentum sejarah politik Indonesia yang susah untuk dilupakan.

"Buku ini adalah bagian dari momentum alat untuk membuat generasi kami paham bagaimana Gus Dur dilengserkan. Jangan sampai apa yang terjadi pada generasi marhaen yang tidak banyak tahu bagaimana Bung Karno disingkirkan itu terjadi pada generasi NU sampai mereka tidak tahu bagaimana Gus Dur dilengserkan," terang pria berkacamata ini.

Savic juga mengatakan bahwa buku yang memiliki ketebalan 376 halaman ini menunjukkan dengan sangat jelas bagaimana perjalanan politik Indonesia yang tidak bisa dilepaskan dari kekuatan lama, yakni orang-orangnya Soeharto. Menurutnya, jatuhnya Soeharto turun dari jabatan presiden tidak serta merta membuat kekuatannya lemah.

"Bahkan sejak Pak Harto turun, kekuatan-kekuatan ini tidak pernah benar-benar lemah. Tidak butuh lama Gus Dur menjadi presiden, baru jangka panjang setahun saja, Golkar tetap dipilih banyak orang," ucapnya.

Lebih lanjut ia menyatakan bahwa pada pemilihan umum tahun 2004, partai Golkar menempati posisi teratas dengan perolehan suara secara nasional sebanyak 24.480.757 atau 21,58 persen, kemudian posisi kedua perolehan suara terbanyak ditempati oleh partainya Megawati Sukarnoputri, yaitu Partai Perjuangan Demokrasi Perjuangan (PDI-P) dengan perolehan suara 21.026.629 suara atau 18,53 persen. 

"Jadi tidak butuh waktu lama untuk tangan-tangan lama yang memang powerful, punya jaringan yang kuat, punya sumber daya finansial kuat untuk bisa mempengaruhi jalannya politik Indonesia," jelasnya.

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi