Nasional

Wahid Foundation Luncurkan Sekolah Damai di Jawa Tengah

Sel, 25 Oktober 2022 | 07:00 WIB

Wahid Foundation Luncurkan Sekolah Damai di Jawa Tengah

Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi dalam sambutan peluncuran Sekolah Damai di SMAN 4 Surakarta, Jawa Tengah, Senin (24/10/2022). (Foto: Wahid Foundation)

Surakarta, NU Online

Wahid Foundation meluncurkan program Sekolah Damai di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Surakarta, Jawa Tengah, Senin (24/10/2022). Peluncuran ini berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jawa Tengah.


Sekolah Damai ini merupakan program yang diinisiasi oleh Wahid Institute untuk mendorong praktik budaya damai dan toleran di sekolah. Program tersebut sebagaimana amanat Peraturan Presiden (Perpes) tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.


"Bahwa kami mendorong penuh tahapan implementasi serta pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan di lingkungan pendidikan, serta kami merasa penting untuk mengidentifikasi dan melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap berbagai bentuk intoleransi dan kekerasan di institusi pendidikan," jelas Direktur Eksekutif Wahid Foundation, Mujtaba Hamdi dalam sambutannya. 


Pada prinsipnya, Hamdi menjabarkan bahwa Sekolah Damai bukan membuat sekolah baru, tetapi memperkuat sekolah yang ada dengan mengembangkan budaya damai. Kebijakan di dalamnya mendorong praktik toleransi dengan melibatkan warga sekolah secara partisipatif, kolaboratif, dan kreatif. 


Rencananya program Sekolah Damai ini akan diimplementasikan di 70 SMA dan SMK di Provinsi Jawa Tengah yang akan diwakili oleh dua sekolah di tiap-tiap kabupaten/kota.


Hamdi memaparkan program tersebut memiliki tiga pilar utama. Pertama, pilar kebijakan yang di antaranya adalah bahwa sekolah memiliki sistem peringatan dini untuk mencegah intoleransi. "Sehingga sebelum peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, tanda-tandanya dapat diidentifikasi terlebih dahulu," katanya. 


Kedua, Hamdi melanjutkan, berupa pilar toleransi dan perdamaian yang diwujudkan dengan bagaimana pengelolaan antarsiswa dan warga sekolah; pembentukan ruang publik yang inklusif; pengembangan praktik toleransi proaktif yang tidak hanya mengakui adanya perbedaan, tapi juga proaktif berinteraksi dan perbedaan menjadi sumber kekuatan. 


Pilar ketiga, pengelolaan organisasi siwa. Hal ini penting untuk dikuatkan dalam badan organisasi, agar siswa memperoleh pola kepemimpinan dengan berdasarkan nilai-nilai damai dan inklusif, sehingga di jenjang berikutnya mereka mampu mempraktikkan nilai-nilai tersebut. 


Untuk menjalankan program tersebut Wahid Foundation juga membuat instrumen pendukung seperti merancang modul, melakukan lokakarya, pembentukan Pokja, serta bebeberapa tahap sosialisasi program.


"Lokakarya yang kami selenggarakan nantinya untuk memperkuat kurikulum yang telah ada sebagai wujud kontribusi praktis bagi pengajar dan pengelola sekolah terkait bagaimana mengintegrasikannya dengan apa yang disebut implementasi kurikulum merdeka, jadi akan sangat bermanfaat dan potensial bagi daya ungkit capaian dan implementasi kurikulum merdeka," pungkasnya. 


Dalam peluncuran tersebut juga dihelat talkshow yang bertajuk 10 Menit Bincang Pendidikan yang diisi oleh Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), Gibran Rakabuming Raka (Walikota Surakarta), Yenny Wahid (Direktur Wahid Foundation), dan Steve Scott (Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia). Acara diikuti oleh guru-guru SMA dan SMK se-Jawa Tengah secara langsung dan daring. 


Kontributor: Nuri Farikhatin
Editor: Kendi Setiawan