Nasional

Waketum IPNU Ingatkan Pemuda untuk Tetap Bersikap Tawadu

Ahad, 23 Juni 2019 | 22:30 WIB

Waketum IPNU Ingatkan Pemuda untuk Tetap Bersikap Tawadu

Waektum IPNU Ahmad Imaduddin Abdillah menerima cenderamata dari Ketum IPPNU Nurul H Umah.

Jakarta, NU Online
Kebebasan berekspresi dan bergaul kerap kali dilakukan oleh para pemuda. Mereka bahkan menghamba pada sikap hedonis yang tentu saja mengarah pada hal-hal negatif.

Di era yang sedemikian rupa, pelajar dan pemuda harus tetap menjaga sikap tawadu. "Tetap harus jangan melupakan apa yang disebut dengan tawadlu," kata Ahmad Imaduddin Abdillah, Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU), saat menjadi pembicara pada Nusantara Millenial Summit di The Media Hotel and Towers, Jalan Gunung Sahari, Jakarta, Sabtu (22/6).

Mengutip al-Qur'an surat al-Kahfi ayat 60, ia menyebutkan ketawaduan seorang Yusya bin Nun. Ia, katanya, tetap mengikuti Nabi Musa meskipun telah mengatakan kepadanya akan mencari dua lautan yang bertemu atau berjalan bertahun-tahun.

"Pemuda ini dengan ketawaduannya mengikuti Nabi Musa," kata pria yang pernah mondok di Pondok Pesantren Tebuireng, Cukir, Jombang, Jawa Timur itu.

Di tengah banjir informasi yang merambah saat ini, menurutnya, pemuda sangat penting menjaga sikap tawadu. "Tetap kita menyikapi dengan tawadu," tegasnya.

Sementara itu, Nurul Hidayatul Ummah, Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PP IPPNU) menyebut bahwa gelombang pasang informasi di internet disikapi berbagai macam oleh masyarakat. Menurutnya, ada yang serta-merta percaya, ada pula yang skeptis dan kritis sehingga perlu pendalaman guna mengetahui lebih jauh.

"Ini diperlukan pendidikan yang namanya literasi digital, pemahaman literasi di sosial media untuk meng-counter isu-isu yang kita tidak tahu itu benar atau tidak," katanya.

Selain itu, Hafizh Syafaaturrahman, Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) mengungkapkan bahwa banyak pengguna media sosial yang sebetulnya berperilaku kafir dalam bersikap di dunia maya sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 171.

Generasi muda, menurutnya, harus meningkatkan daya kritisnya. Pasalnya, hari ini tak sedikit di antara mereka yang mengikuti beberapa akun Instagram dengan menafikan hal tersebut. Mereka bahkan tidak sekadar mengikuti akunnya saja, tetapi juga gayanya dalam berkehidupan.

"Menghilangkan yang namanya jiwa kritis. Nah oleh karena itu, inilah yang harus ditingkatkan di era milenial, kritis itu," tegasnya dalam galarwicara dengan tema Yang Muda Yang Berperan itu.

Dalam dunia media sosial, ia mengingatkan pentingnya memublikasikan pernyataan yang tidak provokatif di akun masing-masing. Artinya, mestinya dapat menuangkan gagasan pemikiran yang positif.

Adapun Ketua Umum Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII) Husin Tasrik Makrup Nasution mengungkapkan tiga peran penting pelajar. Di lingkungan keluarga, pelajar harus mengambil peran sesuai porsinya, menempatkan dirinya sebagai kakak, adik, ataupun anak dari orangtua.

Di samping itu, Husin mengatakan bahwa pelajar di lingkungan sekolah harus menunjukkan dirinya sebagai pelajar yang belajar dan meningkatkan daya kritis menghadapi persoalan, agen perubahan.

Terakhir, ia menyampaikan bahwa pelajar juga harus mengambil perannya di tengah masyarakat. Husni berharap para pelajar saat ini dapat mengetahui, memahami, dan mengambil perannya masing-masing di tiga sektor tersebut.

Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama PP IPPNU dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan Kementerian Pemuda dan Olahrga (Kemenpora). (Syakir NF/Kendi Setiawan)