Nasional

Wapres Sebut Penghuni Surga Kebanyakan Orang Indonesia

Sel, 2 Agustus 2022 | 21:51 WIB

Wapres Sebut Penghuni Surga Kebanyakan Orang Indonesia

Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, KH Ma’ruf Amin. (Foto: YT SekPres)

Jakarta, NU Online
Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, KH Ma’ruf Amin mempercayai bahwa kebanyakan penghuni surga adalah umat Islam dari Indonesia. Hal ini merujuk pada hadits Nabi Muhammad saw tentang orang yang mengucapkan kalimat tauhid.


Man qala la illaha illallah dakhalal jannah atau ‘Barang siapa mengucapkan la illaha illallah maka dia pasti akan masuk surga,’” kata Kiai Ma'ruf dalam Zikir dan Doa Kebangsaan 77 Tahun Indonesia Merdeka, Senin (1/8/2022).


"Nikmat Allah yang lain, kita ini bangsa Indonesia jadi bangsa yang memeluk Islam terbanyak di dunia. Kalau kita mengacu pada hadits nabi, siapa yg berkata 'la ilaha illallah dakhala jannah' masuk surga, berarti penduduk surga itu kebanyakan bangsa Indonesia," imbuhnya.


Kendati demikian, Kiai Ma’ruf menjelaskan calon penghuni surga barang tentu harus melalui proses terlebih dahulu sebelum akhirnya memasuki surga.


"Hanya, memang ini ada yang langsung ada yang tidak langsung. Ada yang pakai proses, proses pemanggangan namanya itu. Mudah-mudahan saja yang mengalami proses pemanggangan itu sedikit. Jangan banyak-banyak," ujar Kiai Ma'ruf.


Kiai keturunan Syekh Nawawi al-Bantani itu juga menyebut bahwa Indonesia telah Allah limpahkan nikmat, termasuk nikmat kemerdekaan. Kemerdekaan yang saat ini dinikmati generasi penerus, sambungnya, merupakan pemberian Allah atas ikhtiar dan perjuang pahlawan pendahulu dalam penghapusan penjajahan.


“Allah tidak akan merubah suatu bangsa melainkan bangsa itu yang berusaha merubahnya. Ketika ada azam, ikhtiar, dan telah melakukan perjuangan, Allah pun memberikan inayahnya untuk menjadi bangsa yang merdeka. Karena itu, kita wajib mensyukuri dan berterima kasih kepada pejuang bangsa,” jabar ulama kelahiran Tangerang, 11 Maret 1943 itu.


Maka itu, Rais 'Aam PBNU Masa Khidmat 2015-2020 itu mengingatkan bahwa menjadi kewajiban warga negara untuk menjaga bangsa ini tetap utuh, salah satunya dengan menghindari perselisihan satu sama lain.


“Jangan sampai ketika kita sudah berada dalam cahaya, Allah mencabut cahayanya dan meninggalkan kita dalam kegelapan karena kita saling berselisih dan membenci. Kalau itu terjadi cahaya terang ini tentu akan kembali gelap,” pungkasnya.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin