Nasional

Web diamdirumahcuk[dot]com Berikan Edukasi Publik tentang Covid-19

Sen, 16 Maret 2020 | 04:15 WIB

Web diamdirumahcuk[dot]com Berikan Edukasi Publik tentang Covid-19

Tangkapan layar website diamdirumahcuk[dot]com.

Jakarta, NU Online
Seorang anak muda di Jakarta, Arie Prasetyo menginisiasi pembentukan website diamdirumahcuk.com. Kehadiran web berbasis daring tersebut untuk mengajak masyarakat agar tak keluar rumah dan meminta untuk tetap berada di tempat tinggalnya masing-masing. Tujuannya, agar virus corona tidak menyebar kepada masyarakat secara meluas. 

Arie Prasetyo mengatakan, tujuan utama pembentukan website tersebut sebagai gerakan menghentikan penyebaran pandemi Covid-19. Dalam website itu, lanjutnya, diisi konten-konten imbauan dan ajakan kepada masyarakat agar tetap waspada tetapi tidak menunjukan kepanikan yang berlebihan.

"Salah satu isi konten itu misalnya, mengajak pembaca agar sering-sering cuci tangan pakai sabun, dan batuk atau bersin secara beretika. Dan kenapa perlu self quarantine? karena virus corona Lebih menular daripada flu," ucapnya kepada NU Online, Senin (16/3).

Ia menambahkan, estimasi R0 pada corona mencapai rentang angka 1.4-6.49 sedangkan estimasi rata-rata 3.28. Itu artinya, SARS-CoV-2 lebih menular dan lebih cepat menyebar daripada flu biasa yang rata-ratanya hanya R0 1.28. 

Wajar, kata dia, jika corona Lebih mematikan daripada flu. Selain itu, tingkat kematian (CFR) covid-19 lebih tinggi dari SARS-CoV-2 dan diperkirakan sekitar 2 persen yang ketularan virus tersebut berpotensi meninggal, sementara Flu CFRnya sekitar hanya 0.1 persen.

"Artinya SARS-CoV-2 itu 20 kali lebih mematikan daripada flu. Kemungkinan kena gejala yang parah. Ada estimasi bahwa 15-20 persen orang yang kena virus ini mengalami gejala yang parah yang perlu penanganan medis termasuk radang paru-paru (pneumonia), sesak nafas dan kekurangan oksigen di darah," tuturnya. 

Yang juga bahaya, ucap dia, sampai detik ini corona tidak ada tidak ada vaksinnya, tidak ada obat agar  imunitas kita terbebas corona. Hal itu karena corona termasuk jenis virus baru. Kemudian, belum ada perawatan medis yang sudah diteliti semuanya masih dalam proses riset.

Pengembangan vaksin sendiri membutuhkan waktu yang panjang. Dengan tidak adanya vaksin, dan tidak ada imunitas diri semua orang berpotensi tertular. Walaupun mayoritas mengalami gejala yang ringan, tapi beberapa orang berisiko tinggi, misalnya lansia, penderita diabetes, penderita jantung, penyandang masalah imunitas karena perawatan kanker.

“Orang-orang dengan gejala seperti itu, berisiko terkena gejala parah bahkan sampai pada kematian,” jelas Ari.

Dia pun mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tidak bepergian kemanapun. Dia menegaskan, perintah itu serius dan tidak main-main.  Sebab, kata dia, hanya berdiam di suatu tempat itulah virus tidak masuk ke tubuh seseorang.

"Dengan ikut serta dalam gerakan ini, berarti anda menutup kemungkinan penularan, minimal ke diri anda dan orang yang anda kasihi. Anda juga membantu menjaga agar virus tidak menyebar ke mana-mana, terutama kepada orang berisiko tinggi yang bisa kena gejala parah dari virus ini," katanya. 

Ia berpesan agar masyarakat merasa dirinya sudah terkena virus sehingga terus hati-hati dalam beraktifitas. Tidak lupa dia menganjurkan agar seluruh inbauan WHO dilaksanakan masyarakat. 

"Saya gak tau apakah saya sudah terjangkit corona atau belum. Bisa jadi saya gak bergejala karena imunitas saya bagus. Tapi bagaimana jika saya ternyata menjadi carrier/pembawa virus? Dengan itu saya mengisolasi diri sendiri, agar orang lain tidak terjangkit/terkena," tuturnya. 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Fathoni Ahmad