Nasional

Yenny Wahid Ungkap Tiga Isu Utama yang Jadi Persoalan di Papua

Kam, 3 Juni 2021 | 06:30 WIB

Yenny Wahid Ungkap Tiga Isu Utama yang Jadi Persoalan di Papua

Direktur Wahid Foundation, Zanubba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online 
Direktur Wahid Foundation, Zanubba Arifah Chafsoh mengungkapkan ada tiga isu utama Papua yang masih menjadi keprihatinan bersama. Menurut Yenny sapaan akrabnya, tiga isu tersebut adalah isu keadilan, kesejahteraan, dan isu identitas.
 
Yenny menuturkan masyarakat Papua sangat mendambakan implementasi dari sila kelima dalam Pancasila, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dan sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, sehingga isu tersebut sangat relevan dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
 
Yenny mengatakan relevansi nilai Pancasila menjawab tiga hal besar yang menjadi persoalan di Papua. Pertama soal keadilan. Masyarakat Papua sampai saat ini masih banyak mengalami ketidakadilan terutama berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
 
Yenny menjelaskan sejak reformasi bangsa Indonesia bertekad mengatasi bebagai macam persoalan yang ada dengan cara mengakui terlebih dahulu persoalan di Papua kemudian baru membenahi persoalan HAM.
Menurut Yenny persoalan kemanusiaan harus diatasi bersama karena persoalan itu bukan cuma masalah masyarakat Papua tetapi juga masyarakat Indonesia. “Kalau ada pelanggaran HAM, saya akan berdiri di sana sebagai warga negara Indonesia,” tegas Yenny.
 
Berdasar penelitian Lowy Insitute terdapat tiga macam kategori kekerasan yang terjadi di Papua. Pertama, kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan. Kedua, kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata OPM. Ketiga, kekerasan yang dilakukan oleh sesama warga Papua.
 
Namun, yang paling banyak terjadi justru kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Pro Kemerdekaan. “Rangkaian ini harus diputus baik tindakan kekerasan yang dilakukan aparat maupun OPM, semua harus distop,” pinta Yenny. 
 
Persoalan kedua, lanjut Yenny, tentang kesejahteraan orang Papua yang menginginkan merdeka. Indeks pembangunan manusia di Papua sangat rendah, tingkat pengangguran masih tinggi. Jadi perlu ada transparansi dan kebijakan yang berpihak dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
 
Terakhir, persoalan identitas. Masyarakat Papua merasa bahwa ras mereka berbeda dengan yang lain sehingga diperlukan disagregasi, bagi masyarakat Papua isu ras ini isu yang sangat sensitif. “Saat ini generasi Papua berada dalam posisi dibombardirkan isu-isu identitas yang coba diprovokasikan untuk mereka (generasi Papua),” kata Putri kandung Presiden ke-4, KH Abdurrahman Wahid ini.
 
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Forum Senior dan Milenial (Forsemi Papua), Ambassador Freddy Numbery menambahkan spirit yang harus dibangun generasi muda Papua yakni memerangi musuh bersama dalam kemiskinan, kebodohan, KKN yang ada di Papua.
 
KKN ini, ungkap Freddy, menyebabkan konflik internal orang Papua. “Orang Jawa, Sumatera, Sulawesi tidak mengerti bahwa ada etnis di Papua yang begitu beragam dan mengakui bahasa sendiri sehingga kita perlu bersatu mengubah Papua ke depan,” jelasnya.
 
“Momen ini mengekspresikan semangat persatuan dan kesatuan bangsa sebagai negara bangsa yang utuh dari merauke (Papua) hingga sabang (Aceh). Dalam relevansi spirit ini untuk menggali dan mengkaji akar masalah di Papua sebab masa lalu di Papua adalah hasil bom waktu kolonial dan berkembang dalam spirit identitas yang sempit seperti sekarang ini,” tutupnya.
 
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syamsul Arifin