Obituari

Innalillahi, Mustasyar PCNU Demak Kiai Misbah Berpulang

Kam, 5 November 2020 | 04:00 WIB

Innalillahi, Mustasyar PCNU Demak Kiai Misbah Berpulang

Almarhum KH Misbahul Munir (tengah) (Foto: Dokumentasi keluarga)

Demak, NU Online

Innaalillahi wainnaa ilaihi roojiuun, warga NU Demak berduka, KH Misbahul Munir (90 tahun) Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Demak, Jawa Tengah meninggal dunia karena sakit.

 

Informasi meninggalnya kiai Misbah diketahui melalui pesan berantai di grup WA Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Kabupaten Demak, Kamis (5/11) pukul 08.00.

 

Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Demak, Muhammad Nur Ihsan mengatakan, Kiai Misbah meninggal di kediamannya komplek  Pesantren Al-Hidayat Dusun Krasak, Desa Temuroso, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak Kamis (5/11).

 

"Kami memperoleh kabar duka ini dari dzuriyah, Yai Misbah kapundut sekitar  pukul 07.00 di ndalemnya, jenazah Insyaallah akan dimakamkan pada pukul 13.00," kata Nur Ihsan kepada NU Online.

 

Dikatakan, almarhum Kiai Misbah semasa hidupnya pernah mondok di Pesantren Futuhiyyah Mranggen dan Kiai Maksum Lasem dikenal sebagai kiai sepuh yang gigih dan konsisten dalam membela kepentingan NU dan pesantren terutama pada masa-masa sulit yakni ketika NU dimarginalkan rezim Orde Baru.

 

"Melalui pesantren yang dipimpinnya, Kiai Misbah sangat telaten, sabar, dan tekun dalam mengasuh santri-santrinya baik yang bermukim di pondok maupun yang berada di tengah-tengah masyarakat," ungkapnya. 

 

Disampaikan, santri-santrinya di kemudian hari banyak yang  menjadi tokoh di masyarakat dan berkiprah di NU.

 

Muzayin Sudono salah seorang santri Kiai Misbah mengatakan, semua santri Al-Hidayat Krasak merasa dekat dengan almarhum semasa hidupnya. "Romo Kiai Misbah sangat mamahami kesulitan dan problem apa saja yang dihadapi santri sekaligus mencarikan solusinya, sehingga santri-santrinya tidak hanya merasa terbantu tetapi terlindungi," kata Muzayin.

 

Dikatakan, saat dirinya mondok di Al-Hidayat beberapa puluh tahun lalu menyaksikan pengalaman menarik terkait dengan sikap humanismenya almarhum terhadap santri-santrinya yang nakal dan sering mengambil milik keluarga kiai.

 

"Ketika kenakalan santri itu disampaikan kepada Romo Kiai Misbah, beliau tidak marah tetapi malah mendoakan agar santri yang nakal itu segera terbuka hatinya dan menjadi orang yang baik. Masyaallah sebegitu sabar dan jembar hati guru kami," pungkasnya.

 

Kontributor: Samsul Huda
Editor: Abdul Muiz