Obituari

Innalillahi, Seniman Pencipta Logo Gusdurian Meninggal Dunia

Sel, 11 Juni 2019 | 07:03 WIB

Jakarta, NU Online

Suatu siang, sekitar dua bulan lalu, Ahmad Mauladi atau dikenal luas dengan nama Morenk Beladro datang mengunjungi kantor NU Online. Kami yang sedang di kantor hampir saja tak menyadari kehadirannya, karena kala itu hampir sebagian besar wajahnya ditutupi masker.

Walaupun kondisi yang dialaminya membuat dia susah berkomunikasi, namun kami masih bisa ngobrol santai. Selera humornya masih kental. Dalam keadaan susah bicara seperti itu, ia masih sesekali melempar candaan kecil. Yang pasti ia sangat antusias saat membiacarakan perkembangan proses pengobatan yang dijalaninya.

Tak dinyana, kunjungan itu akan menjadi pertemuan yang terakhir Bang Morenk dengan Kru NU Online. Kemarin, Senin (10 /6) pukul 19.30 WIB, Bang Morenk meninggal dunia di Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta, setelah setahun terakhir berjuang keras melawan Tumor Ameloblastoma. Jenazah almarhum diterbangkan ke Banda Aceh untuk dikebumikan di tanah kelahirannya itu.

Kepergiannya menyisakan duka dalam bagi keluarga besar Nahdaltul Ulama. Alumni IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini dikenal dengan kebaikannya dan kegemarannya membantu teman-temannya terutama dengan kemahirannya dalam desain grafis, baik sampul buku, spanduk, poster, baliho, dan produk desain grafis lain. Tak terhitung berapa banyak karya yang telah ditorehkannya, tapi yang jelas kemampuan grafisnya sudah sangat melegenda di kalangan kelompok muda NU, "termasuk saat merapihkan logo NU atas permintaan Mas Mun'im," tulis Hamzah Sahal, founder Alif.id

Karya monumental lainnya adalah logo Jaringan Gusdurian yang berbentuk huruf ‘g’ dengan sosok gambar Gus Dur yang lengkap dengan peci hitam dan kacamata khas Gus Dur. “Selama masih ada @GUSDURians, selama itu juga mas @MorenkBeladro akan terus ada, sebagai desainer logo ini,” tulis Alissa Wahid, putri Gus Dur, Koordinator Jaringan Gusdurian, Senin (10/6).

Kegemarannya membantu mendesain sudah ada sejak jaman kuliah di Yogyakarta. Idy Muzayyad, mengisahkan saat ia memimpin buletin milik PMII Komisariat Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1997. “Ia teliti dan telaten dalam urusan layout ini karena tampaknya memang salah satu bidang yang ia gemari. Dan itu semua ia lakukan dengan suka rela untuk sesama sahabat pergerakan. Kini, Sahabat Morenk telah tiada. Semoga segala amalnya diterima Allah SWT,” tulisnya.

Karena keunikannya dalam sebuah komunitas besar, Hamzah Sahal mengibaratkan Morenk dalam komunitas NU sebagai ‘tukang urut’ untuk urusan desain grafis. Dia dokter bagi kebanyakan orang NU yang “‘kecetit selera visualnya’, karena memang tidak banyak yang mengerti secara konsep ataupun teknis,” tulisnya.

“Nah, Morenk datang bak ahli urut. Dia memijat, mengurut, membenahi urat-urat visual orang NU yang 'kecetit'. Dan hasilnya bagus, berhasil ikhtiarnya. Bertahun-tahun dia buat sampul buku, spanduk, poster, baliho, dan lain-lain. Karena karya-karyanya orang NU macam saya, jadi tahu mana gambar yang bagus, mana gambar yang jelek, terutama lewat sampul buku,” tambahnya lagi.

Bagi sebagian temannya, kematiannya, di sisi yang lain, merupakan akhir dari kesakitan yang dideritanya selama setahun terakhir. “Selamat jalan Renk. Tak ada sakit lagi,” tulis Rahman Seblat. “Selama lebih satu tahun ia berjuang melawan tumor ameloblastoma yang menggerogoti bagian mulutnya, tapi malam ini Allah memanggilnya ke dunia yang berbeda. Semoga engkau lebih tenang dan damai di sana, kawan. Selamat jalan, kami akan merindukanmu,” tulis Savic Ali, Direktur NU Online.

Morenk Beladro bernama asli Ahmad Mauladi. Dia kelahiran Sigli 25 Maret 1975. Karir aktivismenya dimulai sejak menempuh pendidikan S1 di IAIN Yogyakarta. Selama berproses sebagai mahasiswa, ia aktif di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan selama itu ia aktif menyalurkan hobi mendesainnya. Menurut keterangan Hamzah Sahal, hobi ini dimulai dari kemahiran kaligrafi kaligrafi yang dimilikinya sejak bangku sekolah. Dan hobi itulah yang mengantarkannya mendapat beasiswa menempuh pendidikan di IAIN Yogyakarta. Hobi desain dan semangat aktivismenya membuat pergaulannya luas, tak hanya di kalangan aktivis, namun juga melebar hingga musisi, sastrawan dan kelompok lain.

Morenk merupakan pribadi dengan sejuta ide perubahan. Karakternya tegas, terpancar dari nama belakang yang dipilihnya. Rekannya yang berasal dari Aceh Nezar Patria mengungkap makna kata “Beladroe” di nama belakangnya. "...dalam nama Morenk dalam bahasa Aceh kurang lebih berarti membela diri. Sebuah signature yang mencerminkan karakternya sendiri,” tulis Nezar. (Ahmad Rozali)