Opini

Belajar dari Kesuksesan LAZISNU Srumbung Magelang

Kam, 25 Maret 2021 | 12:30 WIB

Belajar dari Kesuksesan LAZISNU Srumbung Magelang

Komitmen manajemen akuntabel, transparan, amanah, dan profesional diimplementasikan dalam bentuk pelaporan kepada publik secara berkala melalu teknologi informasi. (Foto: Ilustrasi)

Oleh Munawar

 

Sebagai sebuah catatan kecil sekaligus alih informasi hasil studi banding LAZISNU MWCNU se-Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, ke LAZISNU MWCNU Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, yang digagas dan disponsori oleh BMT NU Ngasem beberapa waktu yang lalu, ada beberapa hal menarik yang perlu saya sampaikan. Hal-hal tersebut tentu erat kaitannya dengan pengelolaan LAZISNU MWCNU Kecamatan Srubung sehingga pada tahun pertama saja di tahun 2019 mereka telah mampu mengumpulkan dana sebesar Rp988.507.200 serta Rp1.007.894.550 pada tahun 2020.

 

Melihat perolehan dana yang begitu fantastis tersebut tentunya saya dan semua peserta studi banding bertanya-tanya strategi apa yang telah mereka lakukan sampai mampu meraih pencapaian yang luar biasa tersebut. Maka, Pertanyaan pertama yang muncul di benak saya adalah berapa banyak kaleng koin yang telah mereka edarkan dan penawaran apa saja yang telah mereka berikan kepada jama’ah (warga Nahdliyin) sehingga dengan sukarela menginfaqkan sebagian hartanya ke LAZISNU.

 

Akan tetapi, sebelum pertanyaan-pertanyaan tersebut tersampaikan, rupa-rupanya shahibul bait juga telah mafhum dengan apa yang menjadi tanda tanya di benak saya dan seluruh peserta studi banding lainnya. Maka, secara perlahan dan sistematis mereka pun tak segan-segan untuk mengumbar success story-nya.

 

Awalnya, sebelum meluncurkan dan menyosialisasikan Gerakan Koin Peduli NU melalui LAZISNU-nya, MWCNU Kecamatan Srumbung juga memiliki problem yang hampir sama dengan kebanyakan MWCNU pada umumnya. Namun bedanya, mereka terlebih dahulu mampu mengatasi problem-problem tersebut serta mampu membuat sistem yang baku tentang bagaimana LAZISNU tersebut ke depan akan berjalan.

 

Di antara upaya-upaya yang telah mereka lakukan pertama kali adalah konsolidasi organisasi, terutama kolaborasi antara Rais Syuriah MWCNU bersama Ketua Tanfidziyah MWCNU Kecamatan Srumbung—keduanya memiliki komitmen bersama tentang goal apa yang ingin dicapai dengan adanya LAZISNU.

 

Setelah adanya sinergisitas antara kedua pucuk pimpinan NU tersebut, keduanya pun membentuk tim khusus yang hanya terdiri dari enam orang saja. Mereka berenam antara lain, Rais Syuriah, Ketua Tanfidziyah beserta empat orang professional di luar kepengurusan NU maupun Badan Otonomnya untuk merumuskan sistematika pengelolaan LAZISNU secara keseluruhan.

 

Setelah kepengurusan LAZISNU terbentuk, tidak serta merta langsung dilakukan sosialisasi dan pendistribusian kaleng koin NU secara masif. Akan tetapi, terlebih dahulu mereka membuat program prioritas yang sekiranya dapat menjadi daya tawar (bargaining) LAZISNU MWCNU Kecamatan Srumbung untuk menarik hati dan simpati jama’ah.

 

Sebagai program prioritas, pada tahun pertama dipilihlah bidang kesehatan dengan spesifikasi layanan ambulans gratis bagi masyarakat. Uniknya lagi, layanan tersebut tidak hanya diperuntukan bagi warga Nahdliyin semata. Akan tetapi, warga non Nahdliyin dan bahkan warga non muslim pun berhak untuk mendapatkan layanan tersebut. Sehingga konsep Islam Rohamtan Lil Alamin pun benar-benar terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Setidaknya, ada dua unit mobil ambulans yang telah dioperasionalkan sejak tahun 2019 yakni, mobil ambulans pasien yang telah melayani 1.377 trip dan mobil ambulans jenazah yang telah melayani 122 trip selama tahun 2020 saja, belum lagi ditambah dengan jumlah trip yang telah terlayani selama tahun 2019. Dua unit ambulans tersebut didapatkan dari hasil patungan pengurus dan dana pinjaman lain yang tidak mengikat. Dari situlah, akhirnya masyarakat mulai percaya dan sukarela menginfaqkan sebagian harta bendanya ke LAZISNU. Bahkan, tak hanya warga Nahdliyin, warga non Nahdliyin dan non muslim pun turut meminta kaleng koin NU untuk mereka isi setiap bulannya, luar biasa bukan?

 

Setelah sukses di tahun pertama dengan program prioritas di bidang kesehatan, pada tahun keduanya LAZISNU MWCNU Srumbung mulai beralih ke program prioritas lainnya di bidang pendidikan, di antaranya yakni dengan memberikan bantuan 23 laptop senilai 100 juta rupiah kepada 23 lembaga sekolah ma’arif yang ada di Kecamatan Srumbung. Sementara itu, layanan ambulans gratis juga masih terus berjalan.

 

Pada tahun 2021 atau tahun ketiga semenjak LAZISNU MWCNU Kecamatan Srumbung terbentuk, pengembangan ekonomi untuk kemandirian organisasi mulai menjadi prioritas utama selanjutnya dengan membuka NU Mart, sebuah brand toko ritel Nahdlatul Ulama yang hanya dalam kurun waktu 3 hari saja semenjak diluncurkan sudah mampu meraup omzet sebesar 68 juta rupiah.

 

 

Capaian-capaian tersebut tentunya juga telah diimbangi dengan aspek-aspek lainnya yang dijalankan dengan komitmen manajemen Mantab (Modern, Akuntabel, Transparan, Amanah, dan Profesional) yang diimplematasikan sebagai berikut:

 

Pertama, komitmen manejemen modern diimplementasikan dengan memanfaatkan teknologi informasi seperti website dan media sosial yang dapat diakses setiap saat. Bahkan untuk mem-blow up informasi-informasi apa pun yang ada kaitannya dengan NU dan LAZISNU mereka sudah menggunakan whatsapp blaster yang dapat menyampaikan pesan kepada ribuan nomor tujuan dengan satu klik saja.

 

Hebatnya lagi, LAZISNU MWCNU Kecamatan Srumbung sudah memiliki database pemegang kaleng koin by name by address serta identitas dasar lainnya seperti tanggal lahir dan nomor handphone yang dapat dihubungi melalui Whatsapp. Sebab, mereka memiliki prinsip: sebelum kaleng koin NU didistribusikan, haruslah jelas terlebih dahulu siapa saja yang akan menerima kaleng-kaleng tersebut. Dari situlah akhirnya mereka memiliki database jamaah dan dapat memberikan informasi secara cepat dan tepat kepada masyarakat.

 

Kedua, komitmen manajemen akuntabel, transparan, amanah, dan profesional diimplementasikan dalam bentuk pelaporan kepada publik secara berkala yang dilakukan tiap bulannya melalui sarana teknologi informasi yang telah dimiliki. Bahkan, format laporannya pun begitu detil dan terperinci. Hal tersebut tak hanya diterapkan dalam laporan keuangan saja. Akan tetapi juga dalam pelaporan aktifitas sosial lainnya. Seperti halnya dalam pelaporan aktifitas sosial layanan ambulans gratis.

 

Sebagai tambahan informasi, Kecamatan Srumbung hanya memiliki 17 ranting dengan sebaran kaleng aktif sebanyak 7.473 pada akhir tahun 2019 dan 7.672 kaleng aktif pada akhir tahun 2020 dengan rata-rata infaq per kaleng sebesar Rp12.500 selama tahun 2019 dan Rp11.000 selama tahun 2020.

 

Lalu, uniknya lagi dalam sistem pendistribusian dana koin, LAZISNU MWCNU Kecamatan Srumbung tidak mengikuti pakem yang telah ditentukan oleh LAZISNU Pusat dengan mengikuti sistem persentase antara LAZISNU MWCNU dan Upzisnu Ranting. Akan tetapi, semua dana yang telah terkumpul seluruhnya masuk ke LAZISNU MWCNU terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kebijaksanaannya dana tersebut dibagi-bagi sesuai dengan proporsi masing-masing. Seperti halnya untuk upah juru tarik dan biaya operasional bulanan MWCNU beserta banom dan LAZISNU yang telah ditentukan batas maksimalnya serta untuk operasional dua unit mobil ambulans. Sementara itu, LAZISNU Cabang juga masih mendapatkan bagian 5 persen seperti yang telah ditetapkan oleh LAZISNU Pusat.

 

Selanjutnya dana koin yang tersisa akan menjadi dana umat yang dapat diakses kembali oleh masing-masing ranting dengan cara mengajukan proposal kegiatan kepada MWCNU. Dengan begitu, tentunya roda organisasi akan dapat berjalan pada semua tingkatan dan masyarakat juga terlayani dengan baik serta kemandirian organisasi akhirnya dapat terwujud.

 

Berkaca pada hasil studi banding tersebut, saya menyakini bahwa hal tersebut juga dapat diadopsi dan diterapkan oleh LAZISNU MWCNU yang ada diseluruh Indonesia karena sudah ada role modelnya yang dapat diikuti dan dijadikan contoh secara nyata. Semoga, sedikit oleh-oleh ini dapat menjadi rujukan dan bahan bakar kita bersama untuk menjadikan LAZISNU sebagai penopang Jam’iyyah Nahdlatul Ulama sehingga kemandirian organisasi dan pemberdayaan umat dapat terwujud. Amiiin.

 

 

Munawar, Pengelola LAZISNU MWCNU Bojonegoro