Opini

Syair, Medsos Penting di Masa Rasulullah

Rab, 11 Juli 2018 | 21:00 WIB

Oleh: H Muhammad Syakur

Di masa Arab jahiliyah, media sosial  telah ada, yaitu melalui tradisi bersyair. Topik syair yang digubah para penyair beraneka ragam. Ada yang tentang kisah asmara, alam, atau bahkan menyangkut pribadi orang lain. Jika pribadi yang dipuji bisa menyebabkan naik popularitas orang yang dikisahkan dalam syair. Sebaliknya, pribadi yang dihujat bisa terpuruk bahkan jatuh namanya.

Di suatu tempat bernama ‘Ukadz, sering diadakan perayaan lomba syair sehingga lahirlah penyair-penyair terkenal saat itu. Di antara penyair terkenal adalah Zuhair bin Salma pengarang Al-Mu’allaqat (semacam buku sajak-sajak). Ia mempunyai dua putra yaitu Ka’ab dan Bujair.

Bujair bin Zuhair pada masa Rasulullah saw, masuk Islam. Ka’ab bin Zuhair marah demi melihat saudaranya telah masuk Islam. Ia mengirim syair yang mencemooh sahabat-sahabat Rasul dan Islam. Rasulullah saw menanggapi serius bahaya provokasi dari syair yang diciptakan Ka’ab bin Zuhair tersebut.

Rasul menginstruksikan untuk mencari Ka’ab bin Zuhair di manapun berada, hidup atau mati. Hal ini menandakan begitu berbahayanya media sosial syair ini ketika dipakai untuk menyerang Islam.

Ketika Ka’ab bin Zuhair tersudut di pinggir pantai, tak ada tempat berlari kecuali menyeberangi lautan. Maka ia meminta saudaranya, Bujair untuk datang menjemput. Ia ingin meminta pengampunan dari Rasulullah saw. Di hadapan Rasulullah sambil menutupi mukanya, Ka'ab memastikan bertanya kepada Rasulullah untuk memastikan, Apakah jika Ka’ab bin Zuhair datang meminta ampunan akan dikabulkan?

Rasulullah saw mengiyakan. Barulah Ka’ab bin Zuhair menampakkan mukanya, memohon ampunan dan masuk Islam.
Rasulullah saw meminta kepada Ka’ab bin Zuhair untuk mengubah syairnya yang dulu. Maka seketika itu pula ia melantunkan syairnya yang terkenal dengan nama Bānat Su’ādberisi, pujian kepada Nabi saw dan para sahabat.

Rasulullah kagum dan sangat bahagia mendengar syair Ka’ab bin Zuhair tersebut. Rasul serta merta menghadiahkan kepadanya kain burdah (semacam kain bergaris-garis). Kebahagiaan Rasulullah tentunya karena syair-syair Ka’ab bin Zuhair sangat penting bagi penyebaran Islam di masyarakat Arab yang sangat mengagungkan karya syair sebagai media sosialnya.

Penulis adalah Katib Syuriyah PCNU Temanggung, Jawa Tengah.