Parlemen

Ketua Fraksi PKB: Pandangan Pembenci Pemerintah Mudah Direkrut Jadi Teroris

Sel, 6 April 2021 | 04:40 WIB

Ketua Fraksi PKB: Pandangan Pembenci Pemerintah Mudah Direkrut Jadi Teroris

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Cucun Ahmad Syamsurijal. (Foto: dpr.go.id)

Jakarta, NU Online

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Cucun Ahmad Syamsurijal menilai pandangan pembenci pemerintah akan lebih mudah direkrut sebagai teroris tidak sepenuhnya benar. Bahkan, menurutnya, pandangan tersebut sangat berbahaya bagi sistem demokrasi.


“Dalam setiap Pemilu pasti menghasilkan menang dan kalah. Biasanya yang kalah pasti akan berseberangan dengan pemerintah. Menstigma pihak yang berseberangan dengan pemerintah akan lebih mudah direkrut menjadi teroris itu berbahaya bagi sistem demokrasi kita,” ujar Cucun yang juga Anggota Komisi III DPR RI, Senin (5/4).


Dia menjelaskan di era kebebasan seperti saat ini pihak-pihak yang tidak sepaham dengan pemerintah merupakan suatu keniscayaan sebagai bagian dari sistem demokrasi. Mereka yang biasa di luar pemerintah pasti akan menunjukkan sikap kritisnya dengan berbagai ekspresi. Dari kritik yang bersifat membangun, hingga ungkapan dan pernyataan yang bernada nyinyir.


“Dalam demokrasi berbagai ekspresi sikap kritis kepada pemerintah apalagi yang ditunjuk di media sosial begitu beragam. Dari kritik membangun hingga sikap nyinyir. Namun tidak berarti jika mereka mudah direkrut sebagai teroris,” katanya.


Cucun menyampaikan bahwa  sangat sulit melakukan kategorisasi individu atau kelompok pembenci pemerintah. Apakah mereka yang bersikap kritis di media sosial, di parlemen, atau di kelompok-kelompok diskusi dikatakan sebagai pembenci pemerintah. Jika demikian maka banyak sekali orang yang bisa direkrut sebagai teroris.


“Stigma pembenci pemerintah akan mudah direkrut jadi teroris jika berkembang akan mematikan daya kritis masyarakat karena mereka takut dicap sebagai potensial teroris. Padahal demokrasi kita membutuhkan sikap kritis tersebut,” kata dia.


Ia mengaku lebih sepakat jika pandangan keagamaan radikal lebih dominan menciptakan bibit terorisme. Sebab, menurutnya, saat ini semua pihak harus bersama-sama mewaspadai berkembangnya pandangan keagamaan yang bersifat transnasional. Biasanya pandangan keagamaan seperti ini kaku dan intoleran sehingga rentan memicu sikap radikal penganutnya.


“Apalagi saat ini ajaran tersebut kian mudah merekrut pengikut seiring banyaknya kampanye di berbagai platform media sosial yang menyasar generasi milenial,” pungkas legislator daerah pemilihan Jawa Barat II itu.


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad