Pesantren

Assalafiyah, Basis Kultur NU di Pantai Utara Subang

Sen, 19 Agustus 2013 | 07:42 WIB

Pesantren dengan NU ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisah, karena pesantren menjadi lumbung tersendiri bagi keberadaan NU hingga saat ini. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Assalafiyah.<>

Pesantren ini merupakan basis pertahanan ajaran dan tradisi ke-NU-an di pantai utara Jalan Blanakan Dusun Sidamulya/Keboncau Desa Ciasem Baru Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang Jawa Barat.

Pada tahun 1970-an Di dusun Karangsuwung (sekarang Karangmulya), Kiai Haromain mendirikan sebuah majelis taklim yang diberi nama al-Ittihad. Di Majelis tersebut beliau dengan istiqomah mendidik masyarakat baik yang sudah lanjut usia, remaja, maupun anak-anak untuk mengenal agama Islam yang sesuai dengan ajaran Ahlussunah waljama’ah.

Dengan seiring waktu, santri yang datang dari luar Subang semakin banyak, seperti dari Indramayu, Cirebon, Karawang, Pekalongan dan daerah lain dan dorongan masyarakat untuk mendirikan pondok pesantren.

Kemudian pada tahun 1980-an, pesantren tersebut berdiri dan diberi nama Assalafiyah, Nama tersebut syarat akan makna, selain untuk mempertahankan tradisi pengajian salaf, seperti cocogan (sorogan) dan bandongan. Nama tersebut tabarukan agar kelak santri yang menjadi alumni, memiliki semangat juang dan pengabdian seperti ulama safusshalihin.

Jenjang Pendidikan

Sebagaimana pesantren salaf pada umumnya, Pesantren Assalafiyah memiliki cara tersendiri agar para santri dapat membaca dan memahami kitab kuning.

Untuk kelas Ula (pemula) santri  mempelajari ilmu sharaf, dengan kitab Tashrifan Kempek Cirebon dan Sharaf Kempek dengan metoda hafalan. Kelas wustha, Pelajaran yang harus dikaji oleh para santri ialah ilmu nahwu dengan kitab Jurumiyah, Kitab Dahlan syarah Jurumiyah dan kitab Khalid syarah jurumiyah dengan metoda klasikal.

Sedangkan untuk kelas ulya pelajarannya adalah kitab Fathul Qarib, Fathul Muin, dan at-Tahrir dibarengi dengan ilmu nahwu tahap lanjut, yaitu kitab al-Fiyyah ibnu Malik.

Santri tahap takhasus, diwajibkan untuk mengkaji kitab Fathul Wahab dan kitab usul fikih Jam’ul Jawami’ dengan metode diskusi.

Dengan perkembangan zaman dan minat masyarakat terhadap pendidikan formal tanpa menghilangkan jati diri dan latar belakang metodologi tradisional salaf (Klasikal dan Kitab Kuning), Pesantren Assalafiyah Sidamulya pada tahun 2002 mulai menjalin kerja sama dengan SMP Negeri 1 Ciasem dan membuka SMP Terbuka dengan lapor dan ijazah SMP Negeri 1 Ciasem.

Kemudian pada tahun 2005 pesantren Assalafiyah terus menjalin kerjasama dengan SMA Negeri 1 Ciasem, untuk mengakomodiri lulusan SMP yang ingin melanjutkan ke SMA.

Berkat kegigihan dan ikhitar pengasuh dan pengurus, dan tidak lepas dari izin dan rida Allah SWT. SMP Terbuka Assalafiyah pada tanggal 02 Februari 2010 telah resmi menjadi SMP Reguler (SMP Mandiri) dengan nama SMP Plus Assalafiyah.

Sekedar perlu diketahui bahwa pesantren Assalafiyah memiliki santri sekitar 400 santri, terdiri dari 150 santri putra dan 250 santri putri. Dan seluruh siswa dan siswi yang sekolah di SMP dan SMA diwajibkan mondok di Pesantren.  (Ahmad Rosyidi/Red:Anam)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua