Nama Pesantren Zainul Anwar Diambil dari Leluhur
NU Online Ā· Jumat, 19 September 2014 | 01:17 WIB
Probolinggo, NU Online
Pesantren Zainul Anwar di Desa Alassumur Kulon Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo didirikan almarhum KH. Abdullah Mughni pada awal tahun 1964. Nama pesantren diinspirasi nama KH. Zainuddin dan KH Anwar. Nama kedua tokoh yang merupakan leluhur dari pengasuh pesantren ini kemudian digabung sehingga menjadi nama pesantren.
<>
āPemberian nama ini untuk menghormati sesepuh yang menjadi leluhur dari keluarga pesantren,ā ungkap Pengasuh Pesantren Zainul Anwar HM. Hasan As-Syadzilli Abdullah, Kamis (18/9).
Cikal bakal pendirian pesantren sudah ditancapkan KH Abdul Mughni, ayah dari KH Abdullah Mughni. Selama bertahun-tahun, Kiai Mughni berdakwah menyebarluaskan syariat Islam. Tokoh ini merupakan salah satu santri dari KH. Kholil Bangkalan, Madura.
Kiai Mughni sangat memahami corak dan kultur budaya masyarakat Desa Alassumur Kulon dan sekitarnya yang dipengaruhi oleh budaya Madura yang keras. Banyak persoalan yang penyelesaiannya dilakukan dengan kekerasan atau hukum rimba. Nyawa dibayar nyawa. Padahal tindakan yang diambil oleh warga itu banyak yang tidak sesuai syariat.
āBeliau berdakwah di desa-desa sekitar ini. Selain menyebarkan syariat Islam, beliau juga mencoba melunakkan watak warga dengan dzikir. Majelis dzikir itu dilaksanakan di mushala,ā tutur pria yang akrab dipanggil Gus Hasan ini.
Upaya syiar Islam itu dilanjutkan KH. Abdullah Mughni. Saat itu Kiai Abdullah baru saja menyelesaikan pendidikan di Pesantren Raudhatul Mustofa Desa Lekok Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan. Di pesantren yang diasuh oleh KH. Mustofa itu, Kiai Abdullah belajar tentang ilmu hakikat. āAbah saya (KH. Abdullah Mughni) belajar ilmu syariat di Pesantren Sidogiri. Lalu KH Wahab Hasbullah dan KH Bisri Sansuri,ā ungkapnya.
Meski masih berusia muda kala itu, Kiai Abdullah inilah yang kemudian secara resmi mendirikan Pesantren Zainul Anwar. Santri pertamanya sekitar 10 orang. Karena masih muda, Kiai Abdullah tetap dibimbing ayahandanya. Namun itu tidak berlangsung lama. Beberapa tahun setelah pesantren berdiri, KH. Abdul Mughni wafat.
KH. Abdullah Mughni mulai membangun pemondokan santri dari bangunan sederhana yang terbuat dari gedek. Semuanya didirikan bersama warga sekitar. Berikutnya, Kiai Abdullah memperluas bangunan pesantren dengan menggandeng para dermawan.
Selama diasuh Kiai Abdullah, area pesantren memiliki luas 4 hektare. Peningkatan jumlah santri juga signifikan. Pada kepemimpinan Kiai Abdullah, sudah didirikan sekolah formal. Selain madrasah diniyah yang sudah lebih dulu berdiri.
Kiai Abdullah Mughni wafat pada awal tahun 2000. Selanjutnya kepengasuhan pesantren ada di tangan putranya, HM. Hasan As-Syadzilli Abdullah. Dalam perjalanannya, pesantren Zainul Anwar berkembang pesat. Santri yang mukim mencapai 500 orang. Mereka berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Problinggo.
āAda juga yang berasal dari luar daerah, sebut saja Madura. Mereka juga mempunyai latar belakang kultur sosial masyarakat yang berbeda-beda,ā tutur suami dari Wildah Al-Aluf Wahid ini. (Syamsul Akbar/Mahbib)
Terpopuler
1
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
2
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
3
Trump Turunkan Tarif Impor Jadi 19 Persen, Ini Syarat yang Harus Indonesia Penuhi
4
Khutbah Jumat: Larangan Pamer dan Bangga dengan Dosa-dosa
5
PBNU Terima Audiensi GAMKI, Bahas Isu Intoleransi hingga Konsensus Kebangsaan
6
Kisah Di Balik Turunnya Ayat Al-Qur'an tentang Tuduhan Zina
Terkini
Lihat Semua