Pesantren

Pesantren Miftahul Ulum Al-Kholili Utamakan Kebersamaan

NU Online  ·  Selasa, 7 April 2015 | 06:31 WIB

Probolinggo, NU Online
Pesantren Miftahul Ulum Al-Kholili di Kelurahan Kedopok Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo berdiri karena sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Tidak sedikit anak di sekitar lingkungan pesantren mendapatkan manfaatnya, terutama di bidang keagamaan.<>

“Kebersamaan antara pengasuh dengan santri cukup kental. Sampai-sampai urusan makan, asupan lauknya juga sama,” ungkap pendiri sekaligus pengasuh Pesantren Miftahul Ulum Al Kholili Kiai Mafhul Kholil, Senin (6/4). 

Meski lokasinya berada di Kota Probolinggo, keberadaan pesantren ini masih banyak yang belum tahu. Salah satu alasannya karena usia pesantren yang baru empat tahun. Apalagi lokasinya juga berjarak 5 kilometer dari Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo. 

Sesampainya di pesantren ini, papan pengenal pesantren yang bertuliskan Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Kholili Kelurahan Kedopok Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo. Namun, ketika memasuki areal pesantren, bukan seperti halaman pesantren pada umumnya, berjejer rumah menghadap ke utara.

Di salah satu sudut halaman tersebut ada satu bangunan yang bertuliskan Kantor Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-Kholili. Sejarahnya, Pesantren ini berdiri sejak 4 tahun lalu. Saat itu pesantren yang didirikan Kiai Mafhul Kholil (49) itu hanya mempunyai 6 santri terdiri dari 4 santri laki-laki dan 2 santri perempuan.

Kiai Kholil mengatakan, berdirinya pesantren itu berawal dari adanya permintaan dari sesepuh di lingkungan sekitar pesantren. “Sekarang yang meminta untuk didirikan pesantren sudah meninggal,” katanya.

Jauh sebelum berdirinya, yaitu sejak tahun 1996 silam, Kiai Kholil sudah mendirikan madrasah diniyah. Saat pertama kali, belum tersedia gedung untuk belajar mengajar. Dia memanfaatkan masjid di dekat rumahnya tersebut untuk aktivitas belajar mengajar. 

“Tetapi sedikit demi sedikit kami menyicil untuk membangun gedung belajar. Tentu hal semacam itu berasal dari sumbangsih masyarakat yang peduli terhadap pendidikan,” jelasnya.

Berdirinya pendidikan diniyah itu bermaksud agar anak yang kebanyakan bersekolah di lembaga pendidikan umum, sore harinya ada kegiatan keagamaan. “Disini tempat bermain anak-anak, daripada main terus-terusan akhirnya kami mendirikan diniyah. Karena saat itu belum ada lembaga yang mengajari khusus tentang ilmu agama,” ungkapnya.

Saat ini jumlah santrinya sudah berjumlah 15 santri, terdiri dari 7 santri laki-laki dan 8 perempuan. Mereka tidak hanya berasal dari Kota Probolinggo, melainkan juga dari daerah Kabupatan Probolinggo seperti dari Desa Menyono Kecamatan Kuripan dan Desa Mranggon Lawang Kecamatan Dringu.

Tidak hanya madrasah diniyah, pesantren ini juga sudah terdapat pendidikan formal berupa SMP Islam Miftahul Ulum Al-Kholili. “Kalau yang SMP baru kelas satu, karena masih merintis,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Fathoni)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua