Puisi

Sajak-sajak Gatot Arifianto

Ahad, 19 Agustus 2018 | 10:00 WIB

Sajak-sajak Gatot Arifianto

Ilustrasi: hello-pet.com

Fantasi Revolusi

moluska yang mukim sepanjang musim di kepala menjelma gergasi
nongkrong asyik pada sepasang mata, sepanjang hari
hanya ada sajak salon dan fantasi remix tentang revolusi
: bunyi yang melulu ditingkahi angguk pemabuk dan goyang kaki

Netrahyahimsa Institute, 24 Agustus 2016

Lelaki Perigi

ia dapatkan suluh sebelum subuh: alpukah untuk madinah
kota yang dicekik paceklik. seorang yahudi lincah membaca kelasah
mengunyah geruh dengan belalah: perlukah laba berhubungan dengan iba?

– hangat qahwa diminum pagi
nikmat sederhana ialah senyum dan berbagi –
dua cahaya yang membuat malaikat malu
menggoda malam bergegas fajar dengan lembang syahdu

– qahwa ditiup sebelum dihirup
bahwa hidup tak maklum redup –
tak ada uluran tangan dan angguk kepala
terkecuali mata mangkar menumang kurma
lelaki gagah dari umayyah, penyambut mimpi shaahibul fara

–  tapi sumur bukan umur yang tak mungkin dibagi
seperti bulan dan matahari yang bisa istirah tanpa kehilangan hari –

dirham menjanjikan tilam dan daging suam
tapi hidup yang dirancang tak redup dengan sekedar santai
hanya melahirkan fantasi tak sesuai
hingga tergelicik dengan atau tanpa guam

– khalasah segar dalam sirup dan sepinggan kebuli
lengkapilah hari agar hidup tak jadi bulan yang sepi –

ia dapatkan raumah: perigi bagi dahaga ibadah

Netrahyahimsa Institute, 28 Agustus 2016


Tarikh Republik Tamak 

orang tua kami adalah penggemar fiksi
pelantur ulung negeri subur bebas korupsi dan dehidrasi!

punna nitabbangngi kayua
nipappirangngangngi angngurangi bosi
appatanre ’tumbusu, napau turiolowa*

dengan hati tanah retak
anakanak memanggil masa lalu
di atas monumenmonumen kayu
para tamak dan pembalak
yang mengingkari pasang ri kajang 

Netrahyahimsa Institute, 2 Agustus 2016

*Aforisma Ammatoa, Bulukumba, Sulawesi Selatan yang tercantum dalam ajaran Pasang Ri Kajang, artinya: Kalau kayu ditebang, akan mengurangi hujan dan menghilangkan sumber mata air.

Pada Angin 

Aku tak pernah cemburu terhadap angin yang membelai rambutmu setiap waktu

Bertahun sudah, aku titipkan tangan dan doa tentang titik: hammock yang mengayun dan menjagamu, antara ha dan ya

Sepanjang waktu, pada angin itu, aku percaya idzofah, mudzof dan mudzof ilaih: mahabbah yang bersikeras menolak hijrah

Yogyakarta, 6 Agustus 2018


Gatot Arifianto. Sontenger, Gusdurian, Ketua PC GP Ansor, Way Kanan, Lampung.

Terkait

Puisi Lainnya

Lihat Semua