Tasawuf/Akhlak

Qanaah atau Kelapangan Hati dalam Kajian Tasawuf

Sab, 12 Juni 2021 | 21:00 WIB

Qanaah atau Kelapangan Hati dalam Kajian Tasawuf

Qanaah adalah jalan seseorang untuk bersyukur. Tanpa qanaah seseorang akan terus melihat ke atas. Ketika itu ia tidak pernah akan puas pada capaiannya selama ini dan tidak pernah akan bersyukur atas pemberian Allah. 

Imam Al-Qusyairi dalam risalahnya yang masyhur membahas kelapangan hati atau qanaah. Qanaah merupakan sikap kerelaan hati dalam menerima pemberian Allah SWT. Dalam risalah itu ia membuka pembahasan qanaah dengan Surat Al-An’am ayat 97.


مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً


Artinya, “Siapa saja yang beramal saleh baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia adalah orang beriman, maka kami akan menghidupkannya dengan kehidupan yang baik,” (Surat Al-An’am ayat 97).

 

Sebagian ulama menafsirkan hayatan thayyibah adalah sikap qanaah.

 

Qanaah adalah kekayaan yang tidak akan pernah habis terkuras. Dengan qanaah, batin seseorang menjadi lapang. Ia tidak diburu oleh pemandangan di sekitarnya. Orang yang qanaah tidak memperbudak diri untuk mengejar ilusi kebahagiaan sebagaimana yang tampak pada orang lain.


عن جابر بن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم القناعة كنزُ لا يفنى


Artinya, “Dari Jabir bin Abdillah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Qanaah itu gudang kekayaan yang tidak akan sirna,’” (Lihat Abul Qasim Al-Qusyairi, Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 90).


Qanaah adalah jalan seseorang untuk bersyukur. Tanpa qanaah seseorang akan terus melihat ke atas. Ketika itu ia tidak pernah akan puas pada capaiannya selama ini dan tidak pernah akan bersyukur atas pemberian Allah. 


عن أبي هريرة، رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كن ورعاً تكن أعبد الناس، وكن قنعاً تكن أشكر الناس؛ وأحب للناس ما تحب لنفسك تكن مؤمناً وأحسن من جاورك تكن مسلماً، وأقل الضحك، فإن كثرة الضحك تميت القلب


Artinya, “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Jadilah kamu orang yang wara, niscaya kamu menjadi hamba Allah yang paling taat. Jadilah kamu orang yang qanaah, niscaya kamu menjadi orang yang paling bersyukur. Perbuatlah kepada orang lain apa saja yang juga menyenangkan dirimu’, niscaya kamu menjadi seorang mukmin yang sempurna. Berbuatlah yang baik kepada tetanggamu niscaya kamu menjadi seorang muslim yang baik. Sedikitkan tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati,” (Lihat Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 90).


Qanaah bukan hanya milik orang miskin. Qanaah juga harus dimiliki orang berada. Orang miskin dan orang kaya memang seharusnya bersikap qanaah. Tanpa qanaah orang akan celaka dalam hidup. Orang miskin yang tidak bersikpa qanaah akan menderita lahir dan batin. Tetapi orang miskin akan menjadi mulia dan bermartabat ketika memiliki sikap qanaah.


وقيل: الفقراء أموات، إلا من أحياه الله تعالى بعزَّ القناعة


Artinya, “Orang miskin adalah orang mati kecuali mereka yang hatinya dihidupkan oleh Allah dengan kemuliaan qanaah,” (Lihat Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 90).


Orang yang qanaah dapat memiliki harga diri. Dengan sikap qanaah itu ia tidak akan merelakan dirinya jatuh dalam pelacuran baik dengan menjual diri maupun dengan menjual harga dirinya demi suatu ambisi.


وقال بشر الحافي: القناعة ملك لا يسكن إلا في قلب مؤمن


Artinya, “Bisyr Al-Hafi mengatakan, ‘Sikap qanaah adalah kekuasaan yang tidak ditempati kecuali pada hati orang beriman,’” (Lihat Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 90).


Orang yang qanaah selalu melihat ke dalam. Ia mensyukuri pemberian Allah sekecil apapun. Kalau tidak ada qanaah, ia akan selalu membandingkan harta orang lain dengan harta miliknya. Dari sini gangguan pikiran dimulai. Batinnya selalu menyesal dan tidak pernah merasa bahagia atas pemberian Allah yang ada padanya.


وقيل: من تبعت عيناه ما في أيدي الناس طال حزنه


Artinya, “Orang yang pandangannya tertuju pada harta di tangan orang lain akan merasakan penderitaan kesedihan yang berkepanjangan,” (Lihat Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 90).


Semoga Allah menanamkan qanaah ke dalam hati kita yang dapat mengantarkan kita menjadi hamba lapang hati yang bersyukur. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)