Al-Battani adalah ilmuwan Irak yang hidup pada tahun 850-923 M . Dia adalah ahli astronomi terbesar di kalangan orang Arab. Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan al-Raqqa al-Harrani al-Sabiʾ al-Battani. Dia lahir di Harran dekat Urfa. Salah satu pencapaiannya yang terkenal adalah tentang penentuan tahun matahari sebagai 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik.
Al-Battani mendalami astronomi sejak berusia 20 tahun hingga akhir hayatnya. La Lande, ahli Astronomi dari Perancis mengatakan bahwa Al-Battani termasuk salah seorang dari 20 orang besar ahli astronomi dalam sejarah manusia. Ia juga mengatakan dalam bukunya yang berjudul Sejarah Alam Semesta bahwa Al-Battani merupakan ahli astronomi paling besar pada bangsa dan zamannya, selain salah seorang ilmuwan besar Islam.Â
Para ilmuwan astronomi sebelumnya banyak merujuk kajian astronomi kepada ilmu astronomi Yunani terutama kepada karya-karya Ptolomeus dan ilmu astronomi India. Naskah teoritis dan mendasar mereka adalah buku Ptolomeus yang dikenal oleh orang Arab dengan judul Al-Majesty.
Para ahli astronomi Arab banyak yang mengikuti Ptolomeus yang berpendapat bahwa bumi dian dan dikitari oleh delapan planet: Matahari, bulan, 5 planet dan bintang. Untuk membuktikan kesesuaian antara tatanan seperti itu dan kenyataan yang ada, dia meletakkan aturan perputaran dan hitungan matematisnya. Akan tetapi dengan berlalunya waktu tahu, Bangsa Arab tahu mengenai kelemahan Ptolomeus sehingga mereka mengkritiknya tanpa memberikan jalan keluar.
Kegiatan Al-Battani tercurahkan kepada yang dinamakan al-zayj atau kalender astronomi yang dia buat pada tahun 900 masehi dengan sangat cermat dan akurat. Pengamatannya yang sangat akurat mengenai gerhana matahari menjadi dasar yang pasti bagi pengamatan sejenis hingga tahun 1749 Masehi.
Bukunya Al-Zayj berisi hasil-hasil peneropongannya terhadap bintang-bintang tetap. Buku tersebut telah diterjemahkan juga ke dalam bahasa Latin dan bahasa Spanyol. Namun buku-bukunya yang jumlahnya 4 jilid tidak sampai ke tangan kita.
Pengaruhnya sangat besar bukan saja dalam bidang ilmu astronomi untuk kalangan bangsa Arab saja, melainkan juga dalam ilmu astronomi dan hitungan segitiga lingkaran pada bangsa Eropa pada abad pertengahan dan awal renaissance. Dia telah menetapkan hitungan yang sangat akurat mengenai panjang hitungan tahun dan pembagian musimnya serta peredaran yang pasti untuk Matahari.
Al-Battani juga membenarkan ucapan Ptolemeus mengenai tetapnya posisi bumi yang berjauhan dengan matahari, dengan membangun dalil atas perubahan yang terjadi pada teori yang ditemukan Ptolomeus dan dengan mengikuti gerakan rata-rata planet tersebut. Akhirnya Al-Battani mendapatkan kesimpulan bahwa penyesuaian waktu berubah sangat lamban. Al-Battani juga memastikan perubahan sudut tampak matahari, dan kemungkinan terjadinya gerhana matahari total.Â
Selain itu, Al-Battani juga meluruskan sejumlah pengetahuan mengenai gerakan bulan dan bintang bergerak. Dia membuat teori baru yang menunjukkan tingkat kecerdasan dan keluasan wawasannya, yang menjelaskan kondisi dimana bulan bisa terlihat, dan memantapkan gerakan rata-rata yang ditemukan oleh Ptolemeus.
Dia juga memiliki hasil peneropongan gerhana bulan dan gerhana matahari yang dijadikan patokan oleh Dantrhone pada tahun 1749 M tentang batas kecepatan bulan dalam satu abad. Dia memberikan pemecahan yang sangat bagus melalui pencarian titik tengah bagi segitiga lingkaran.
Dalam bidang ilmu pasti Al-Battani adalah orang yang pertama kali memasukkan sinus dan cosinus dalam ilmu pasti. Dia menggunakan sinus dan cosinus sebagai ganti hypotenuse yang banyak digunakan oleh orang Yunani. Lalu dia menyempurnakan definisi bayangan semu dan bayangan inti, selain membuat daftar untuk dua hal tersebut.
Penemuan hukum segitiga sama sisi yang sempurna pun dinisbatkan kepadanya. Selain itu dia juga memecahkan berbagai persoalan hitungan ala Yunani dengan menggunakan cara ilmu ukur untuk mengetahui detail ukurannya.
Hasil yang dicapai oleh Al-Battani dalam ilmu Astronomi mendapatkan tempat dalam sejarah ilmu pengetahuan. Dia adalah seorang ahli ilmu astronomi yang brilian tanpa menggunakan peralatan yang canggih yang baru ditemukan pada abad ke-17. Kesuksesannya kembali kepada dua hal berikut.
Pertama dia menggunakan metode dan alat teropong yang jauh lebih maju daripada yang dimiliki oleh orang Yunani. Bahkan sebagian peralatan yang ada yang tidak diketahui sama sekali oleh mereka.Â
Kedua, dia menggunakan hitungan yang akurat dalam menghitung persoalan-persoalan yang dihadapinya dalam ilmu astronomi. Hitungan yang dipergunakan jauh lebih maju daripada yang dipergunakan oleh orang Yunani, termasuk hitungannya dalam berbagai segitiga yang juga belum dikenal oleh mereka.
Yang membuat mereka gagal dalam kajian di bidang ilmu astronomi dan geografi adalah karena mereka mengandalkan cara hitung yang konvensional. (Rizal Mubit)