Tokoh

Ibnu Ruslan dan Matan Zubadnya

Sen, 17 September 2018 | 01:00 WIB

Jarang ada ulama sebelum Ibnu Ruslan membuat Matan Zubad, sebuah nazham berisi kajian fiqih. Nazham ini sangat terkenal, di dunia maupun di Nusantara, terkhusus di kalangan santri, lantaran mereka mempelajarinya di pesantren.

Nama lengkap pemilik nazham ini adalah Al-‘Allamah Syihabuddin Abu Al-‘Abbas Ahmad bin Husain bin Hasan bin ‘Ali bin Yusuf bin ‘Ali bin Ruslan Ar-Ramly As-Syafi’i. Ia lahir di kota Ramlah yang terletak di Palestina pada tahun 773 H. Ada pendapat lain yang mengatakan 775 H. Ia tumbuh di sana dan hafal Al-Quran sejak usia 10 tahun.

Dalam permulaan mencari ilmu, ia memulai dengan mendalami ilmu nahwu, bahasa, dan nazham. Ia kemudian mempelajari kitab Al-Hawi kepada Syekh Syamsudin Al-Qalqasandy. Setelah melanjutkan petualangannya dalam menuntut ilmu, ia sampai di sejumlah muhadditsin pada zaman itu.

Ibnu Ruslan talaqi (membaca di hadapan guru) kitab Shahih Bukhari kepada Syekh Syihabuddin Abu Al-Khairi bin ‘Al-‘Ala, Kitab Muwattho’ yang dengan riwayat Yahya bin Bukair kepada Syekh Abu Hafsh ‘Umar bin Muhammad ‘Ali As-Sholih, Kitab Jami’ At-Tirmidzi, Sunan Ibn Majah, As-Syifa, dan Syirah Ibn Hisyam kepada Syekh Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Ali bin Sanjar Al-Mardini, dan membaca sebagian banyak kitab Bukhari kepada Syekh Jalal Al-Bulqini sekaligus mengizinkannya untuk mengeluarkan fatwa, dan mempelajari nahwu pada Syekh Al-Ghumary begitu juga An-Nasawury yang memberi ijazah dalam ilmu nahwu.

Konon ia terus-menerus mengulang-ngulang apa yang telah dipelajarinya, selalu melazimkan memuthala’ah ilmu serta sibuk bermukim di Quds Palestina. Namun kadang-kadang juga di Ramlah sehingga ia dinobatkan sebagai imam yang terkemuka dalam masalah fiqih, ushul fiqih, bahasa arab, sekaligus tafsir, hadits dan ilmu kalam.

Ibnu Ruslan juga terkenal dengan ketaatan dan kerajinannya dalam beribadah terkhusus shalat tahajjud. Selain itu ia lebih suka ‘khumul’ dan zuhud, sehingga di kemudian hari menjadi panutan bagi para salik dan menanamkan mahabbah Allah SWT di hati manusia.

Imam Ibnu Ruslan menuntut ilmu kepada sejumlah masyaikh pada zamannya. Di antaranya: ilmu fiqih kepada Syekh Syamsuddin Al-Qalqasandy, ilmu faraidh dan hisab kepada Syekh Syihabuddin ibn Al-Haim, ilmu tasawuf sekaligus talqin zikir kepada Jalaluddin Al-Busthami, Shihabuddin bin Nashih, Muhammad Al-Qarmy, dan Muhammad Al-Qadiry. Kemudian ia banyak bertalaqi kepada Abu Hurairah bin Adz-Dzahabi, Ibnu Al-‘Izz, Ibn Abu Al-Majdi, Ibnu Shiddiq.

Guru-gurunya antara lain adalah At-Tanukhy, Ibnu Al-Kuwayki, Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Ali bin Sanjar Al-Mardini, Nasim bin Abi Sa’id Ad-Daqqaq, Ali bin Ahmad An-Nawiry Al-‘Aqily, Shihabuddin Al-Hasbani, Jalaluddin Al-Bulqini, Sirajuddin Al-Bulqini yang merupakan ayahnya sendiri.

Murid-murid yang menuntut ilmu kepadanya sangat banyak. Namun ia tidak menyebutkan dalam sumber manapun mengenai hal ini. Meski begitu, Imam As-Sakhawi mengatakan bahwa Al-Kamal bin Abi Syarief dan Syihabuddin Abu Al-Basith Ar-Ramly pernah belajar kepada Ibnu Ruslan.

Imam Ibnu Ruslan banyak meninggalkan karangan yang sangat banyak manfaatnya dalam berbagai macam bidang keilmuan. Karyanya meliputi: Syarah Sunan Abu Dawud sebanyak sebelas jilid, Syarah Al-Hawi dalam ilmu furu’, Syarah Jam’il Jawami’ milik Imam As-Subki, Syarah Mukhtashar Ibn Al-Hajib, Nihayah As-Sul Syarah Minhajul Wushul milik Imam Baidhawy, Syarah Shahih Al-Bukhari baru mencapai akhir bab haji berjumlah tiga jilid, Syarah Thayyibat An-Nashr fi Al-Qira’at Al-‘Asyr berjumlah sebelas jilid, Syarah Mulhatul I’rab milik Imam Al-Hariri, Syarah Al-Fiyah Al-‘Iraqi, sebuah ta’liqat kitab Syifa milik Qadhi ‘Iyadh, syarah Al-Bahjah Al-Wardiyyah, Tanqih Al-Adzkar An-Nawawi, Mukhtasar Al-Minhaj, Mukhtasar Raudhatut Thalibin, Manzhumah Ats-Tsalats Al-Qira’ah Az-Zaidah ‘ala As-Sab’i, Manzhumah Ats-Tsalats Az-Zaidah ‘ala Al-‘Asyr, Mukhtasar Hayat Al-Hayawanat, I’rab Al-Alfiyah, Thabaqatul Fuqaha As-Syafi’iyah, Syarah Tarajum Ibn Jamrah, Ar-Raudhah Al-Ardhiyyah Fi Qismil Faridhah, Suthurul A’lam, Syarah Muqaddimah Az-Zahid, Shafwah Az-Zubbad.

Ibnu Ruslan wafat pada 24 Syaban tahun 844 H di tempat tinggalnya di Palestina.

Kitab Shafawatu Zubad atau yang lebih dikenal dengan matan Zubad berisi tiga disiplin ilmu penting dalam Islam, yaitu ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Tiga ilmu tersebut adalah refleksi dari hadits yang diriwayatkan sahabat Umar RA tentang islam, iman, dan ihsan:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ (رواه مسلم)

Artinya, “Dari Umar RA, ia berkata, Ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah SAW suatu hari tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah SAW) seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?” Rasulullah SAW bersabda, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu.” Kemudian ia berkata, “Anda benar.” Kami semua heran, ia yang bertanya dan ia pula yang membenarkan. Kemudian ia bertanya lagi, “Beritahukan aku tentang Iman.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir. Engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Kemudian ia berkata, “Anda benar.” Kemudian ia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang ihsan.” Lalu Rasul SAW bersabda, “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya. Jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau.” Kemudian ia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Rasul bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Ia berkata, “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya.” Rasul bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya.” Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian Rasulullah bertanya, “Tahukah engkau siapa yang bertanya?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasul SAW bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian,” (HR Muslim).

Ibnu Ruslan menyusun matan ini dengan bentuk rajaz, sebagaimana yang lebih sering dipakai di beberapa kitab manzhumah yang ada. Meski berbentuk nazham, matan Zubad lumayan mudah dipahami bagi para pelajar atau pemula.

Ibarat dalam ilmu fiqih, nazham ini seperti Fathul Qarib atau dalam ilmu ushul fiqih seperti Waraqat yang mana keduanya banyak digunakan oleh para pelajar yang baru memulai mendalami fiqih maupun ushul fiqih.

Imam Ibnu Ruslan mengisyaratkan dalam mata ini di dalam mukaddimahnya:

يسهل حفظُها على الأطفال # نافعة لمبتدي الرجال
تكفي مع التوفيق للمشتغل # إن فهمت وأُتبعت بالعمل

Artinya, “Mudah menghafalkannya bagi anak-anak/dan bermanfaat untuk pemula dari kalangan orang dewasa/
Nazham ini mencukupi (dari yang selainnya) bersama dengan taufiq bagi orang yang menyibukan diri (untuk membaca dan mempelajarinya/jika dipahami dan diikuti dengan amal.”

Ar-Ramli dalam bait kedua ini menerangkan bahwa taufiq adalah di mana Allah SWT menciptakan kemampuan pada seorang hamba untuk melaksanakan ketaatan. Ketaatan adalah sumber dari seseorang bisa memahami suatu ilmu, sebagaimana Allah SWT berfirman:

واتقوا الله ويعلمكم الله  والله بكل شيء عليم

Artinya, “Takwalah kepada Allah, maka Allah akan mengajarkanmu,” (Al-Baqarah ayat 282).

Ayat ini menunjukkan janji Allah SWT bahwa siapa pun yang bertakwa akan diberikan suatu pemahaman dan ilmu. Begitu juga Allah SWT akan menjadikan cahaya di hati orang ini sehingga mudah dalam memahami ilmu.

Matan yang berisi intisari hukum-hukum fiqih ini sangat cocok dijadikan pedoman kita dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia. Tertarik untuk membacanya? (Amien Nurhakim)