Tokoh

Jejak Perjuangan Kiai Kholil Kauman

Sen, 10 Februari 2020 | 06:00 WIB

Jejak Perjuangan Kiai Kholil Kauman

Kiai Kholil Kauman. (Foto: dok. istimewa)

Sejak tahun 1926, Surakarta yang kala itu masih menjadi wilayah Vorstenlanden telah mengirimkan utusannya ke perhelatan Muktamar NU, yang diwakili oleh Kiai Ahmad Siradj Panularan dan Kiai Mawardi Keprabon.

Pada perkembangannya, meski belum ditemukan keterangan secara rinci, layaknya cabang-cabang lain seperti Jombang, Semarang, Pekalongan, dan sebagainya mengenai pembentukan cabang di Surakarta, namun sejak Muktamar pertama tersebut, Kota Surakarta terus mengirimkan wakilnya.

Adalah Kiai Kholil Umar Kauman, yang disebutkan dalam Laporan Muktamar NU, setidaknya dari catatan yang diperoleh penulis mulai dari Muktamar tahun 1927 hingga tahun 1930, ia menjadi wakil dari Surakarta pada forum tertinggi dalam organisasi NU, yang pada masa dahulu dihelat setiap tahun sekali.

Kiai Kholil merupakan adik kandung Kiai Ahmad Siradj Umar Panularan. Keduanya merupakan putra dari Kiai Umar (Imampura) yang nasabnya bersambung hingga kepada Sunan Kalijaga maupun Raden Patah. Salah satu cucu Kiai Siradj, Nyai Muhsinah kemudian menjadi istri Kiai Cholil Bisri Rembang.

Dalam buku Berangkat dari Pesantren (2013:163), KH Saifuddin Zuhri menyebutkan Kiai Kholil sebagai tokoh NU yang sekaligus juga pemilik hotel di Pasar Pon Kota Sala.

Selain Kiai Kholil, di masa itu (tahun 1930-an), tokoh NU lainnya yang disebutkan oleh Kiai Saifuddin di antaranya Kiai Abu 'Ammar Pengasuh Pesantren Jamsaren, Kiai Masyhud Keprabon, Kiai Ma'ruf Mangunwiyata Pengasuh Pesantren Jenengan, Kiai Dimyathi al-Karim Pemimpin Madrasah Salafiyah Mangkunegaran dan Kiai Raden Adnan (Rektor pertama PTAIN Yogyakarta, kini UIN Sunan Kalijaga). Dua nama terakhir tercatat masuk di dalam kepengurusan HBNO (PBNU) tahun 1935-1936.

Kemudian juga ada Kiai Abdul Somad (Guru Madrasah Al-Islam), Kiai Zamahsyari (Guru Madrasah Mambaul Ulum), Kiai Raden Abdul Mu'thi (saudagar batik di Kauman), Kiai Mudzakkir (saudagar di Tegalsari), dan lain-lain. Beberapa dari tokoh tersebut, termasuk Kiai Kholil, merupakan alumni dari Pesantren Tremas Pacitan yang kala itu diasuh Kiai Dimyati.

Selain aktif berjuang bersama NU, Kiai Kholil juga ikut mendorong pendidikan bagi kaum perempuan, khususnya di wilayah Kauman Surakarta.
 
Bersama Kiai Zainuddin (Pengasuh Asrama Fatayat), Nyai Hj Mahmudah Mawardi Keprabon (Ketua PP Muslimat NU 1950-1979), dan sejumlah tokoh lainnya, ia ikut membantu perkembangan Madrasah Nahdlatul Muslimat (NDM).

Kiai Kholil wafat dengan meninggalkan sejumlah jejak perjuangan yang masih bertahan hingga kini. Ia dimakamkan di dekat makam Kiai Idris Jamsaren (wafat 1923) dan juga Kiai Ahmad Siradj (wafat 1961), di kompleks pemakaman Makamhaji. Lahumu al-Fatihah.

Penulis: Ajie Najmuddin
Editor: Fathoni Ahmad

Sumber :
1. Majalah Swara Nahdlatoel Oelama'
2. Wara-Wara Saking NU Surabaya Nerangaken, Al-Masaa’il Al-Muqarrarat” ing Kongres NO Kang Kaping Kalih, (disusun HBNO, Tahun 1927 M).
3. Penuturan Bapak Tohir Wahab, cicit Kiai Siradj pada 24 Januari 2020.
4. Penuturan Nur Fauziah, Ketua PC Fatayat NU Boyolali, cicit Kiai Siradj pada 24 Januari 2020.
5. KH Saifuddin Zuhri, Berangkat dari Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2013).