3 Novel Karya Mantan Aktivis NU Mesir Diangkat ke Layar Lebar
Sen, 29 September 2008 | 09:19 WIB
Novel karya Aguk Irawan, yaitu, Langit Mekah Berkabut Merah, Bait Bait Cinta, dan Balada Cinta Majnun, akan diangkat ke layar bioskop. Lewat PT Soraya Intercine yang telah melakukan teken kontrak sekitar 3 bulan lalu, 3 novel itu kini sedang dalam proses pembuatan skenario dan peninjauan lokasi syuting yang layak dengan isi cerita.
Menurut Aguk, kabar yang diterimanya untuk cerita Lagit Mekah Berkabut Merah akan syuting di Mekah, Bait Bait Cinta di Palestina dan Balada Cinta Majnun di Mesir. āKabar pihak Soraya Intercine sudah tinjau lokasi syutingnya,ā kata Aguk di kediamannya di Perumahan Kasongan Permai, Sewon, Bantul, belum lama ini.<>
3 novel dari puluhan novel karyanya tersebut memang paling laris di pasaran. Sehingga tak heran jika produser berminat untuk difilmkan. Tapi, kata Aguk, ada satu novel yang saat ini sedang dalam proses penyelesaian yang bakal laris yang berjudul Labirin Kematian, Pergolakan Cinta Bawah Tanah.
āInsya Allah dalam waktu dekat sudah selesai dan saya optimis bakal laku,ā ujar Aguk yang dijuluki sahabat-sahabatnya sebagai ākiai mudaā.
Lulusan perguruan tinggi di Mesir ini sebenarnya sudah memiliki karya lain, seperti, Kitab Dusta dari Surga, Perempuan yang Menunggu, Sungai yang Memerah (Konflik Banser X PKI), Cinta dari Surga.
āSebenarnya bikin novel itu gampang. Satu minggu bikin sudah selesai,ā ujar Pengasuh Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah dan pengurus Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama DI Yogyakarta itu.
Geidurrahman El Mishry adalah nama pena dari Agus Irawan. Lahir di Lamongan, Jawa Timur, 1 April 1979. Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Babad sambil belajar ākitab kuningā di Pondok pesantren Darul Ulum Langitan Widang, Tuban, Jawa Timur.
Ia belajar teater dan menulis puisi pada guru bahasa Indonesia-nya yaitu seorang penyair yang cukup terkenal di Lamongan, Pringgo. Kemudian, ia kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, jurusan filsafat dengan beasiswa Majelis Aāla Al Islamiyah.
Selama di Kairo, ia banyak menulis karya sastra di berbagai lembaran pers mahasiswa terutama di Bulettin Kinanah dan berproses kreatif teater di sanggar yang ia turut dirikan, Kinanah. Sanggar ini atas dukungan Gus Mus, lalu menerbitkan Jurnal Kinanah di Indonesia bekerja sama dengan LkiS Yogyakarta dan ia dipercaya sebagai pemimpin redaksi.
Selama di Kairo, ia juga menjadi aktivis di banyak organisasi seperti Pengurus Cabang Istimewa NU Mesir, Kelompok Studi Walisongo dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Senat Fakultas Ushulluddin Universitas Al Azhar, sebelum akhirnya ia sering dipercaya sebagai juri dalam berbagai apresiasi seni mahasiswa terlebih dahulu ia kerap memenangkan lomba karya tulis tingkat mahasiswa di Kairo.
Menerjemahkan banyak karya sastra Arab dan menerjemah karya sastra Indonesia ke dalam bahasa Arab. Banyak karya fiksi dan non fiksi yang dihasilkannya. (kr/man)
Terpopuler
1
Hasil Sidang Sengketa Pilpres 2024: Seluruh Permohonan Anies-Muhaimin Ditolak MK
2
Ini Profil Delapan Hakim MK yang Putuskan Sengketa Pilpres 2024
3
Apa Itu Dissenting Opinion dan Siapa Saja Hakim yang Pernah Melakukannya?
4
Sidang Putusan MK, Berikut Petitum Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud
5
Lolos Perempat Final Piala Asia U-23, Lawan Berat Menanti Timnas Indonesia
6
Terkait Hasil Pemilu, PBNU Serukan Patuhi Putusan Mahkamah Konstitusi
Terkini
Lihat Semua