Warta SEABAD PESANTREN LIRBOYO

40.000 Jamaah Hadiri Istighosah Kubro

Sen, 5 Juli 2010 | 07:34 WIB

Kediri, NU Online
Sekitar 40.000 warga yang terdiri dari santri dan masyarakat menghadiri acara Istighosah Kubro dan Maulid Akbar Bersama 100 Kiai dan Habaib di kompleks Aula Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Ahad, (4/07) malam.

Acara yang merupakan rangkaian kegiatan Peringatan Satu Abad berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo tersebut, selain diharapkan membawa berkah bagi eksistensi Lirboyo sebagai salah satu pesantren tertua di Jawa Timur, juga membawa berkah bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.<>

Membanjirnya jamaah yang hadir membuat panitia acara istighasah sempat kewalahan. Lokasi acara yang berukuran sekitar 8 hektar seolah tak mampu lagi menampung massa. Ketua Pelaksana Istighasah, Ust. Mukhlas Noer kepada NU Online mengatakan, “Panitia menyiapkan nasi bungkus sekitar 31.000, namun baru sekitar pukul 21.00 WIB nasi sudah habis. Padahal, jamaah masih terus berdatangan," kata Mukhlas ketika ditemui di sela-sela acara. 

Sebelum istighasah berlangsung, hadirin dihibur dengan musik gambus yang dibawakan oleh vokalis yang sedang naik daun, Habib Hasyim Abdullah. Puluhan ribu hadirin yang sudah menyesaki lokasi acara begitu terpukau dengan suara merdunya.

Memasuki acara, KH Abdul Aziz Manshur mewakili dzuriyyah almaghfurllah KH Abdul Karim, Pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, dalam sambutannya mengatakan, “Tujuan utama digelarnya istighosah ini adalah memohon kepada Allah agar Pondok Pesantren Lirboyo diberikan kesejahteraan supaya tetap eksis ila yaumil qiyamah. Yang kedua, mendoakan negara kita agar supaya segera diberikan tuma’ninah, sakinah, oleh Allah Swt, sehingga menjadi negara yang baldatun thayibatun wa rabbul ghafur,” tutur Kiai Aziz.

Senada dengan Kiai Aziz, Pengasuh Pesantren Lirboyo, KH A Idris Marzuqi mengatakan, “Saya haturkan ribuan terima kasih atas kerawuhan al mukaramun para habaib, para ulama, dan hadirin sekalian. Kami mohon doa restu agar Lirboyo tetap eksis melahirkan santri-santri yang pinter dengan akhirat, tidak hanya pinter dengan perkara dunia. Sebab, Allah menyampaikan,

Allahu yubghidlu ‘aliman fi dunya jahilan fi al akhirat,” Allah murka kepada orang yang hanya pinter perkara dunia, tapi tidak paham ilmu akhirat. Ini adalah musuh Allah! Sebab itu, kami mohon doa restu sekalian agar Lirboyo tetap kukuh melanjutkan ilmu warisan ulama-ulama salaf,” tutur Kiai Idris.

Sementara itu, Ketua Syuriah Pengurus Wilayah Nadlatul Ulama Jawa Timur, KH Miftahul Akhyar, mewakili PWNU menyampaikan rasa bangga dan harapan besar kepada Lirboyo. Ia juga berharap, dengan adanya istighosah, berkah yang sudah menjauh dari bangsa Indonesia bisa kembali lagi.

Dengan menyertakan dalil Al Quran, Kiai Miftah mengatakan, “Istighasah adalah suatu kekuatan yang tidak terbandingkan. Ingatlah dengan dzikrullah, dengan istighosah, maka hati akan menjadi tenang. Kisruhnya suatu negara, ruwetnya suatu rumah tangga, ruwetnya hubungan, itu adalah cermin dari ruwetnya hati manusia. Kalau hati ini sudah ditenangkan dengan dzikrullah, saya yakin semuanya bisa diselesaikan dengan tuma’ninah, dengan tenang. Dan itulah yang dahulu dilakukan oleh ulama salaf,” tutur Kiai Miftah.

Saya yakin, tambahnya, berkah yang diharapkan, berkah yang saat ini sudah menjauh dari negara kita, dengan istighosah ini bisa ditarik kembali ke tempat semula. Dan Lirboyo menjadi salah satu sumber berkah itu.

Hadirin kemudian mengikuti istighasah bersama yang dipimpin oleh Habib Sholeh al Jufri, Solo. Istighosah kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin oleh KH Mas Subadar, Pasuruan, dan Habib Husein Assegaf, Gresik. Usai istighasah, para hadirin juga diajak membaca shalawat Simthu Dluror yang dipimpin oleh Habib Ali bin Alwi bin Ali al habsy dan Habib Alwi bin Ali bin Alwi bin Ali al Habsy. 

Sebagai puncak acara, Habib Umar al Muthahar, Semarang, memberikan mau’dlah hasanah kepada para hadirin. Dalam ceramahnya, Habib Umar mengatakan, “Istighosah itu adalah doa meminta pertolongan kepada Allah. Meski istighosah kelihatannya hanya seperti ini saja, hanya kegiatan-kegiatan angkat tangan tok, membaca wiridan, membaca kalimah-kalimah thayyibah, membaca maulid, seolah-olah ada yang mengatakan, ”Layamutu wala yahya, wes ora mutu tapi ngentekne biaya. Itu kalau kata orang yang tidak tahu rahasianya istighasah,” tutur Habib Umar yang kemudian diiringi gelak tawa para hadirin. 

Dengan menyertakan sebuah hadis, Habib umar mengatakan bahwa doa itu mampu merubah keadaan yang tidak baik menjadi baik, apalagi yang sudah baik. Terlebih, istighosah ini diikuti oleh para habaib, para ulama, dan puluhan ribu jamaah, insya Allah mudah terkabulkan. (mka)