Warta

46 Madrasah Tsanawiyah Terima Bantuan dari Australia

NU Online  ·  Selasa, 14 November 2006 | 04:54 WIB

Jakarta, NU Online
Sebanyak 46 madrasah di pondok pesantren yang tersebar di lima propinsi akan memperoleh program bantuan peningkatan mutu sesuai kesepakatan Australia Indonesia Patnership for Reconstruction and Development (AIRPD). Program ini dalam bentuk Pembangunan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap (MTs-PSA) dan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Baru (MTs-PB).

Kebijakan ini dinilai sangat strategis dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar yang merupakan tugas nasional. Demikian diungkapkan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni pada acara "Kick-off Meeting program AI-BEP" untuk pembangunan madrasah tsnawiyah pesantren satu atap dan madrasah tsnawiyah pesantren baru, yang berlangsung di Jakarta, Senin (13/11) kemarin.

<>

Menag menambahkan, kerjasama dengan AIRPD untuk mendanai program pendidikan dasar ini sesuai dengan reformasi pendidikan yang dilakukan, dengan strategi perluasan terhadap akses pendidikan menengah pertama melalui pembangunan gedung dan rehabilitasi fasilitas pendidikan di daerah-daerah miskin dan kurang layanan.

Program ini juga, kata Menag membantu Indonesia dalam meningkatkan mutu dan memperbaiki tata kelola (governance) pendidikan dengan sararan harus berpihak kepada kelompok masyarakat miskin, berpotensi besar meningkatkan angka partisipasi kasar pada madrasah tsnawiyah, dan memiliki dampak berkelanjutan.

Menurut Menag, sasaran spesifik program ini sebagian besar adalah pesantren yang oleh berbagai kalangan sering dianggap sebagai kelompok yang terlupakan dalam program pembangunan, khususnya pendidikan. ”Kita semua tahu, pesantren umumnya dimasuki oleh murid dari golongan ekonomi lemah dan berlokasi di daerah pedesaan,”katanya.

"Hampir tak ada cerita, tentang murid pesantren dikeluarkan karena tidak mampu membayar uang pendidikan. Peran pesantren sebagai pengembang budaya bagi masyarakat membuatnya cukup diminati sehingga dengan sedikit sentuhan pembangunan, peningkatan jumlah jumlah murid akan lebih signifikan," kata Menag.

Menag menjelaskan, dukungan masyarakat yang tinggi terhadap keberadaan pesantren dibuktikan dengan adanya wakaf dan jariyah ditambah dengan dedikasi para pengelolanya membuat lembaga ini mampu bertahan, bahkan dalam situasi ekonomi yang sulit sekalipun. Hal ini telah dibuktikan oleh sejarah, hampir tidak ada pesantren membubarkan diri hanya karena muridnya sedikit. Kalau lembaga pendidikan biasa, murid sedikit mereka akan memilih tutup.

Sementara itu Dirjen Pendidikan Islam Jahja Umar menegaskan, Departemen Agama dalam program ini tidak turut campur dalam masalah kepesantrenan yang khas pada pesantren yang memperoleh bantuan.

Yang difasilitasi untuk dikembangkan, kata Jahja, adalah program MTs yang berkaitan dengan kurikulum nasional dalam rangka peningkatan mutu kelulusan, agar paling tidak dapat sejajar dengan lulusan lembaga pendidikan yang setara dan setingkat, sehingga peningkatan akses sekaligus mencakup peningkatan mutu.

Jahja mengatakan, alokasi program ini untuk tahun 2006 mencakup 46 lokasi dari 5 propinsi, yaitu Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng dan Jatim, sebagai uji coba apakah aparat Depag bersama pesantren dapat melaksanakan program ini secara efektif dan amanah. Keberhasilan tahap pertama akan sangat menentukan program tahun berikutnya, yang secara keseluruhan targetnya lebih kuran 450 lokasi. (dpg/nam)