Warta

Akademi Kebangkitan Ulama India Buka Kelas Perempuan

NU Online  ·  Jumat, 17 Juli 2009 | 03:32 WIB

Uttar Pradesh, NU Online
Sebuah Akademi Muslim (semacam pesantren) terkemukan di kota Lucknow, Uttar Pradesh India mengalokasikan bangunan terpisah untuk siswa perempuan. Pengalokasian bangunan terpisah ini karena para siswi akan dilatih menjadi ustadzah.

Bangunan baru yang terpisah dalam Kompleks (pesantren) Akademi  Kebangkitan Ulama ini akan memberikan gelar Mufti kepada para siswi yang berhasil menyelesaikan pendidikan di sana. Namun untuk sementara, para siswi akan tetap diajar oleh para guru pria dengan dibatasi satir/tirai.<>

Untuk mendapatkan siswi-siswi yang memenuhi kriteria, pihak akademi akan membuka kursus persiapan bagi para calon siswi selama satu tahun. Demikian dinyatakan Direktur Registrasi Akademi Kebangkitan Ulama Mohammad Haroon,
sebagaimana dilansir The Calcutta Telegraph, Kamis (16/7).

Para aktivis islam di India menyambung hangat keputusan ini. Mereka menganggap kemajuan pendidikan ini sebagai kemenangan dalam upaya memberdayakan perempuan. banyak pernyataan-pernyataan bernada harapan menyambut langkah baru pendidikan India ini.

"Kami senang, karena wanita Muslim kini memiliki area setingkat untuk membela hak-hak mereka. Siapa yang akan memahami masalah wanita selain wanita lain," ujar kepala All India Muslim Women’s Personal Law Board.

Akademi Kebangkitan Ulama ini merupakan salah satu sekolah Islam tertua dan paling konservatif di India. Akademi ini didirikan pada 1894 M. dan hingga kini telah memiliki lebih dari 10 ribu siswa putra. Para siswa datang dari segala penjuru tempat di India.

Pesantren Akademi Kebangkitan Ulama ini memiliki reputasi baik, di kalangan dunia Islam India. Pesantren ini memberikan gelar "Nadvi" kepada siswa-siswanya yang telah lulus dari akademi. gelar ini dianggap sebagai tanda dan kredibilitas dari institusi pendidikan di mata masyarakat.

India memiliki penduduk Muslim berkisar 140 juta. Angka itu menjadikan negara tersebut berpopulasi Muslim terbesar ketiga setelah Indonesia dan Pakistan. (min)