Surabaya, NU Online
Semakin banyak saja suara yang menghendaki agar Ketua PWNU Jawa Timur, Dr KH Ali Maschan Moesa, MSi, maju dalam Pilgub Jawa Timur. Usulan itu seringkali disampaikan, baik melalui partai politik secara langsung, surat kabar, polling, maupun dalam forum-forum pertemuan.
Sosok Ali Maschan dinilai layak dan mampu untuk menempati posisi strategis tersebut. Apalagi dalam penjaringan yang dilakukan partai-partai politik namanya selalu masuk dari posisi atas.
<>Namun kepada NU Online pada Jum’at (6/4) lalu ia mengaku masih belum bisa memutuskan persoalan itu. Ia masih menunggu keputusan kiai-kiai yang masih melakukan istikharah (meminta pilihan jalan langsung kepada Allah SWT). Baginya, keputusan yang akan diambil oleh para kiai itulah yang nantinya akan dijalankannya. Ia yakin jalan itulah yang terbaik baginya.
Ali mengakui, dirinya seringkali bertemu dengan para kiai di pelosok-pelosok desa. Pada umumnya, mereka memiliki dua pendapat tentang dirinya seputar Pilgub Jatim. Pertama, diminta untuk tetap berada di NU karena dinilai sudah tepat dan mumpuni. Kedua, ada yang meminta untuk maju dalam Pilgub, sebab kalau di NU dirasa kurang dapat berperan maskimal.
“Kalau di NU kan hanya ngomong, sementara kalau jadi gubernur atau wakil gubernur kan bisa mengambil keputusan,” tutur Ali Maschan menirukan suara kiai yang menghendaki dirinya maju.
Keengganan Ali Maschan untuk segera mengambil keputusan, rupanya tidak hanya disebabkan belum adanya suara bulat dari kiai-kiai, tapi masih ada faktor yang lain lagi yang juga sangat berpengaruh. Rupanya ia sedang ‘didesak’ Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya untuk menjadi guru besar.
Peluang untuk meraih pangkat tertinggi dalam dunia akademik itu masih terbuka lebar, sebab selain dirinya sudah bergelar doktor, ia juga banyak menulis buku, mengisi seminar dan menulis di media massa. Ia yakin, kalau mau diseriusi, gelar profesor itu akan diraihnya dalam waktu tiga bulan.
Persoalan utama yang selama ini menjadi kendala adalah waktu. Hampir setiap malam ia harus ‘keluyuran’ ke pelosok-pelosok desa untuk berceramah. Ia tidak menganggap persoalan, meski medan yang dihadapi di desa seringkali jauh berbeda dengan medan kampus. Termasuk penggunaan bahasa, yang keduanya jauh berbeda. Baginya, kalau memang mau serius, sebenarnya tidak lama posisi guru besar bisa diraih.
Untuk itulah, dalam soal Pilgub Jatim, ia lebih memilih tenang-tenang saja. Meski banyak hasil polling yang mengunggulkan dirinya. “Pokoknya nunggu hasil istikharah kiai-kialah,” ujarnya mengelak. (sbh)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
5
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua