Baru Diluncurkan, Buku Karya Gus Dur akan Diterjemahkan Tujuh Bahasa
NU Online · Jumat, 22 September 2006 | 06:35 WIB
Jakarta, NU Online
Luar biasa. Buku karya mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendapat sambutan sangat positif dari publik. Buku berjudul “Islamku, Islam Anda, Islam Kita” yang baru saja diluncurkan itu sudah ditawari untuk diterjemahkan ke dalam tujuh bahasa, antara lain bahasa Jerman, Belanda, Perancis, Inggris, Jepang, Korea dan Cina.
“Alhamdulillah, buku ini sudah ada yang meminta untuk diterjemahkan ke dalam tujuh bahasa,” ungkap Gus Dur dalam sambutannya pada peluncuran buku tersebut di Hotel Aryaduta, Jalan Prapatan, Menteng, Jakarta, Kamis (21/9).
<>Hadir beberapa duta besar negara sahabat untuk Indonesia pada acara yang berbarengan dengan perayaan ulang tahun ke-2 The Wahid Institute itu, antara lain, Dubes Iran Behrooz Kamal Vandi dan Dubes Belanda Nikolaos van Dam. Tampak pula sejumlah pejabat dan sahabat-sahabat Gus Dur, di antaranya Wiranto, Taufik Kiemas, Jaya Suprana, Wimar Witoelar, Menakertrans Erman Suparno, dan Cagub DKI Jakarta Sarwono Kusumaatmadja.
Menurut mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu, buku setebal 412 halaman yang diterbitkan oleh The Wahid Institute tersebut, berisi tentang keberagaman. "Buku ini berisi tentang pluralitas yang menjadi ruh saya," ucapnya.
Di dalam buku tersebut, ungkap Gus Dur, keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi bukti bahwa upaya pendirian negara Islam adalah tidak mungkin. Indonesia, lanjutnya, tidak bisa menjadi negara Islam karena bangsa di Indonesia berasal dari berbagai macam arah dan sudut.
“Perempuan boleh mencium tangan seorang ulama (laki-laki, red), adanya, ya di Indonesia ini. Di negara lain, tidak ada itu. Hal itu menunjukkan keberagaman budaya. Itu baru satu, belum budaya dan tradisi yang lain,” terang Gus Dur.
Konsep jihad yang akhir-akhir ini kerap menjadi tema diskusi juga tak lepas dari pengamatan Gus Dur. "Jihad tidak selalu membela Islam, karena membela Pancasila juga bisa disebut sebagai jihad," tegsa Gus Dur.
Cucu pendiri NU Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari ini menceritakan, beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, PBNU mengeluarkan seruan; ‘Resolusi Jihad’ yang berisi tentang kewajiban bagi umat Islam untuk membela dan mempertahankan negaranya dari musuh. "Padahal kita bukan negara Islam. Tapi berjuang mempertahankan negara dari serangan lawan itu disebut jihad," tegasnya. (rif)
Terpopuler
1
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
2
Mendesak! Orientasi Akhlak Jalan Raya di Pesantren
3
40 Hari Wafat Gus Alam, KH Said Aqil Siroj: Pesantren Harus Tetap Hidup!
4
LD PBNU Ungkap Fungsi Masjid dalam Membina Umat yang Ramah Lingkungan
5
Mendaki Puncak Jabal Nur, Napak Tilas Kanjeng Nabi di Gua Hira
6
Orang-Orang yang Terhormat, Novel Sastrawan NU yang Dianggap Berbahaya Rezim Soeharto
Terkini
Lihat Semua