Warta

Bhikku Budha Temui Gus Dur

NU Online  ·  Kamis, 2 Oktober 2008 | 06:35 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Dewan Sesepuh Sangha Theravada Indonesia, Y.M. Bhante Dhammasubho Mahathera, malam tadi (1/10) menemui KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Kediamannya. Dalam pertemuan, ini keduanya membincangkan tentang masa depan kerukunan antar umat beragama di Indonesia.

Keduanya berharap, bangsa Indonesia dapat semakin mempererat tali silaturrahim di antara sesama warga bangsa yang berbeda-beda agama. Sehingga persatuan dan kesatuan bangsa dapat utuh terjaga selamanya.<>

Kepada Bhante Dhamma–panggilan akrab tamunya ini, Gus Dur menyatakan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang telah memiliki tradisi pluralitas (kemajemukan) sejak dahulu kala. Dari zaman prasejarah, Kediri, Singosari hingga Majapahit, masyarakat Nusantara telah menganut agama yang berbeda-beda.

”Pada zaman Majapahit, agama Hindu, Budha dan Islam telah hidup berdampingan di bawah kedaulatan satu kerajaan. Jadi mestinya kita sekarang tidak perlu gontok-gontokan hanya karena beda-beda keyakinan,” ucapnya.

Kepada NU Online, Bhante Dhamma menyatakan, jika nilai-nilai agama hanya dipahami sebagai keilmuan, maka masyarakat bawah akan senantiasa kebingungan. Karenanya saya berharap, nilai-nilai agama dapat dijadikan perilaku keseharian.

”Masyarakat dapat hidup tenteram berdampingan jika para pemuka agama dapat membuktikan dalam perilaku mereka bahwa agama memang datang untuk membawa kedamaian dan persaudaraan,” lanjutnya.

Sementara itu, Open House yang berlangsung di Kediaman KH Abdurrahman Wahid, Jl. Warung Silah, Ciganjur Jakarta Selatan berlangsung hingga malam hari. Sejak pagi, selepas sholat Idul Fitri di Masjid al-Munawwaroh yang terletak di depan kediamannya, Gus Dur langsung menerima tamu yang berduyun-duyun untuk berlebaran dengan masyarakat sekitar.

Beberapa tokoh nasional yang sudah tampak hadir dalam open House kali ini antara lain Luhut Panjaitan, Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era pemerintahan reformasi; Wimar Witoelar, mantan juru bicara Gus Dur ketika menjabat sebagai presiden; Akbar Tanjung, mantan ketua DPR RI; Sutiyoso mantan Gubernur DKI Jakarta; Rahmat Witoelar, Menteri Negara Lingkungan Hidup; Dr. Jimly Asshiddiqie, Anggota Mahkamah Konstitusi; Jaya Suprana, pendiri Museum rekor Indonesia (MURI); Duta Besar China untuk Indonesia, Lan Lijun; Ketua Komisi IX DPR RI, Ribka Tjiptaning serta rombongan dari Yayasan Said Nursi, Turki dan lain-lain. (min)