Warta

Bush Sadar Indonesia negara Islam Terbesar

NU Online  ·  Selasa, 21 Oktober 2003 | 22:58 WIB

Jakarta, NU.Online
Rencana pertemuan Presiden AS George W.Bush dengan pemuka Islam Indonesia di Bali pada Rabu (22/10) dinilai sebagai perkembangan positif berkaitan dengan masalah terorisme yang cenderung diarahkan kepada Islam.

Sesungguhnya prakarsa Bush untuk bertemu dengan pemuka Islam di Indoneia menunjukkan bahwa pemimpin adidaya itu "menyadari" Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia, kata pengamat politik internasional dari Timur Tengah Dr. Mohamed Ehsan seperti dikutip ANTARA.

<>

Dr. Rashad dimintai tanggapannya menyangkut rencana pertemuan Bush dengan pemuka Islam Indonesia, yaitu Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, Ketua Umum Muhammadiyah Prof. Dr. Syafie Maarif, dan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Azyumardi Azra. 

Sedianya, KH Abdullah "Aa Gym" Gymnastiar juga turut diundang Bush, namun da’i kondang itu menolaknya.  Media massa cetak dan elektronik di Timur Tengah belakangan ini secara luas memberitakan mengenai rencana pertemuan Bush dengan kalangan pemuka Islam Indonesia. Menurut pengamat politik yang aktif menulis kolom di media massa Timur Tengah mengenai kebohongan kalangan negara Barat terhadap Islam itu, ada "pergeseran sikap  Bush terhadap Islam".

"Saya menilai ada pergeseran sikap Presiden Bush mengenai masalah teroris yang belakangan ini cenderung mengarahkan tudingan terhadap kaum Muslim. Oleh karena itu, dialog Bush dengan pemuka Islam Indonesia ini diharapkan menjadi forum tukar pikiran untuk perdamaian dunia," katanya.

Dalam pengamatan Dr. Rashad, sejauh ini Bush belum pernah melakukan dialog dengan pemuka Islam saat Presiden paling berkuasa di dunia itu melakukan lawatan ke luar negeri.  Memang jarang Bush mengajak doalog pemuka Islam saat berkunjung ke luar negeri.

Jadi, pertemuan dengan pemuka Islam Indonesia tersebut dipandang sebagai fenomena baru yang baik bagi perbaikan hubungan antara Islam dan Barat, yang belakangan ini saling tuding, katanya. Ia menilai pula bahwa pertemuan Bush dengan pemuka Islam Indonesia itu tidak semata-mata bagi kemaslahatan Indonesia, tetapi juga "memiliki arti penting" bagi umat Islam di seluruh dunia --yang belakangan ini berada dalam posisi terpojok oleh masalah terorisme.

"Secara pribadi saya menilai, pemuka Islam kharismatik Indonesia dalam pertemuan dengan Presiden Bush ini secara tidak langsung mewakili 1,3 miliar Muslim di seluruh dunia untuk menyampaikan ketidakpuasan sehubungan dengan masalah terorisme," katanya. 

Kendati demikian, Dr. Rashad khawatir pertemuan itu hanya sekedar simbolis atau serimonial belaka. "Kita harapkan agar pertemuan dialogis semacam itu dapat berkelanjutan, dan tidak sekedar serimonial belaka," demikian Dr. Rashad. (Ant/Cih)

Â