Warta FESTIVAL BUDAYA DAN WISATA ZIARAH

Dipamerkan, Pedang Sayyidina Ali dan Nabi Khidir

Jum, 22 Desember 2006 | 11:07 WIB

Jakarta, NU Online
Pameran yang merupakan bagian dari festival budaya dan pencanangan wisata ziarah yang diselenggarakan oleh PBNU bekerjasama dengan Departemen Budaya dan Pariwisata di Makam Sunan Drajat Lamongan pada 27-29 Desember mendatang salah satunya akan memamerkan pedang Sayyidina Ali dan Nabi Khidir.

Mukhlas, panitia seksi pameran mengungkapkan bahwa rencana akan dipamerkannya pedang tersebut mengundang rasa penasaran sejumah fihak. Setelah sejumlah spanduk dipasang di Jawa Timur, banyak orang menanyakan kebenaran dari pedang tersebut.

<>

“Apakah ini pedang asli mereka berdua, saya kurang tahu, tapi saya yakin orang yang memiliki kedua pedang tersebut berkata jujur,” katanya kepada NU Online.

Mukhlas yang juga pengurus Lembaga Takmir Masjid Indonesia tersebut mengungkapkan bahwa bentuk pedang Sayyidina Ali tersebut melengkung dengan ujung lancip seperti yang sering terlihat di film-film dari Timur Tengah. Ditengah-tengah batang pedang tersebut, terdapat tulisan Arab yang sangat bagus. Rangka atau sarung pedang tersebut juga terbuat dari bahan yang berkualitas.

Demikian juga dengan pedang Nabi Khidir yang memiliki keistimewaan karena kondisinya masih sangat bagus dan dari bahan berkualitas. Sarung pedang tersebut terbuat dari bahan seperti kuda laut, sangat bagus. “Kalau penasaran nanti langsung saja lihat disana,” tuturnya.

Pameran kali ini memang banyak menampilkan senjata, khususnya pedang dan tombak. Selain kedua pedang istimewa tersebut, juga terdapat samurai kembar dengan panjang 1.5 meter yang dibuat tahun 1618 M. Samurai yang dibikin masa masa kejayaan kaum samurai tersebut, sebelum restorasi Meiji abad 18, masih memiliki sertifikat asli dengan tulisan Jepang.

Senjata-senjata tersebut merupakan bagian dari fase perjuangan dalam menyebarkan Islam di Indonesia. “Senjata-senjata tersebut berciri Islami, tidak garang seperti keris atau senjata dari masa sebelum Islam yang terkesan garang,” tutur Mukhlas.

Benda-benda lain yang dipamerkan selain itu adalah artefak peninggalan wali wongo dan muskhaf karya ulama silam dari seluruh nusantara.”Kita berupaya melakukan revitalisasi khazanah klasik yang telah ditinggalkan para wali. Inilah tujuan kita menggelar pameran jelajah peradaban Islam,” tandasnya.

Selain pameran, akan diselenggarakan bazaar produk unggulan mulai dari produk unggulan pesantren, jasa wisata ziarah napak tilas wali songo, karya ilmiah perguruan tinggi, arsitek dan lukisan kaligrafi Islam sampai dengan agrobisnis dan koperasi dan industri kecil. (mkf)