Sebuah film baru bernuansa keagamaan, “Ketika Cinta Bertasbih” segera diluncurkan ke publik pada 11 Juni mendatang. Para pimpinan ormas Islam telah diundang untuk menyaksikan pertunjukan ini pada Rabu, (3/6) di Djakarta XXI.
Diangkat dari novel berjudul sama karya Habiburrahman El Sirazy, film ini berusaha mengulang kesuksesan film Ayat-Ayat Cinta yang juga ditulisnya dengan nuansa yang sama, kisah percintaan berbalut nuansa keagamaan yang kental.<>
Film berdurasi 124 menit ini mengisahkan perjalanan hidup Azzam, yang diperankan oleh Kholidi Asadu Alam, mahasiswa universitas Al Azhar Kairo yang harus berjuang menyelesaikan kuliahnya sampai 9 tahun sambil berjualan tempe dan menerima pesanan kateringan guna membiayai ibu dan ketiga adiknya karena ayahnya telah meninggal.
Penampilan Azzam yang sederhana, gigih dan religius ternyata menarik simpati dari Eliana (Alice Sofie Norin) anak Dubes Mesir yang memiliki gaya hidup bebas, yang juga seorang bintang sinetron di Indonesia.
Namun, Azzam lebih tertarik pada Anna (Oki Setiana Dewi), anak seorang kiai di Sukoharjo yang sedang menyelesaikan kuliah S2 di Mesir. Ia memiliki kepribadian sholehah yang sangat dicita-citakan menjadi istrinya, meskipun ia sendiri belum pernah melihat wajahnya. Sayangnya, Anna telah dipinang oleh sahabatnya, Furqon (Andi Arsyil Rahman), anak seorang konglomerat di Jakarta, yang juga menaruh hati kepada Eliana.
Dengan kisah seperti ini, yang menceritakan kehidupan seorang mahasiswa yang sangat baik seolah-olah tanpa cela, seorang muslimah yang sempurna, mahasiswa kaya dengan gaya hidup borjuis, sampai-sampai untuk ujian thesis saja perlu menenangkan diri di hotel mewah, dan seorang cewek kaya raya yang mengagungkan kebebasan, menyebabkan film ini tak beda jauh dengan gaya sinetron yang diputar di TV swasta di Indonesia, yang tak mampu menampilkan kepribadian manusia secara utuh, dengan sisi kebaikan dan keburukannya yang manusiawi. Kekayaan dan kemewahan di satu fihak dan kemiskinan diiringi kerja keras difihak yang lainnya.
Berplot datar dengan jalan cerita yang bertele-tele, penonton tak akan mendapatkan rasa batin yang sama dengan film Ayat-Ayat Cinta yang berhasil menghadirkan 3.6 juta penonton di gedung bioskop. Suatu kejadian berlangsung dengan tiba-tiba tanpa didahului penjelasan, seperti ketika Furqon dengan tiba-tiba dijebak oleh sindikat pemerasan. Entah bagaimana, tiba-tiba seorang gadis pemeras tahu nomor telepon kamar hotel dia menginap, bahkan saat ia baru tiba dan bagaimana ia ditelanjangi untuk dibuat foto pornonya agar bisa diperas tanpa dijelaskan prosesnya.
Pesan-pesan moral yang disampaikan juga terkesan menggurui, yang membuat penonton tidak kreatif mengambil kesimpulan dari sebuah peristiwa, yang seharusnya menjadi bagian penting dari sebuah karya seni. Dialog tentang poligami, yang terjadi saat Anna dilamar oleh Furqon dalam acara yang sangat formal, sampai-sampai mengeluarkan sebuah kitab rujukan bak sidang bahtsul masail tampaknya tak akan terjadi dalam dunia realitas.
Demikian pula, dialog antara Anna, dengan ayah ibunya tentang masalah pernikahan, sesuatu tema yang sangat serius, dilakukan sambil buka-buka laptop jelas menunjukkan ketidaksopanan dalam adat sopan santun di pesantren.
Para pemain yang merupakan hasil audisi juga terlihat belum sepenuhnya mampu menjiwai karakter dari masing-masing tokoh sehingga tampil dengan kaku, yang membuat penonton merasa tidak nyaman. Terlihat perbedaan nyata kualitas mereka dengan para pemain senior seperti Didi Petet dan Dedi Mizwar, Slamet Rahardjo, El Manik, dan Ninik L. Karim
Namun demikian, film ini menunjukkan sikap demokratis dari orang tua Anna dalam menentukan jodoh bagi anaknya dengan tidak memaksakan salah satu calon.
Keindahan Aleksandria yang merupakan kota turis di Mesir dengan pantai-pantainya serta masjid-masjid dan gedung bersejarah, ditambah piramida dan sungai nil cukup memanjakan penonton. Suguhan tari saman dan budaya pernikahan ala Aceh menjadi pendukung promosi kebudayaan dalam negeri Indonesia. (mkf)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Inilah Obat bagi Jiwa yang Hampa dan Kering
2
Khutbah Jumat: Bahaya Tamak dan Keutamaan Mensyukuri Nikmat
3
Khutbah Jumat: Belajar dari Pohon Kurma dan Kelapa untuk Jadi Muslim Kuat dan Bermanfaat
4
Mulai Agustus, PBNU dan BGN Realisasikan Program MBG di Pesantren
5
Zaman Kegaduhan, Rais Aam PBNU Ingatkan Umat Islam Ikuti Ulama yang Istiqamah
6
PBNU Tata Ulang Aset Nahdlatul Ulama Mulai dari Sekolah, Rumah Sakit, hingga Saham
Terkini
Lihat Semua