Warta

GP Ansor Sulut Harap Demo Anti Bush Harus Santun

NU Online  ·  Senin, 20 November 2006 | 10:16 WIB

Manado, NU Online
Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Utara (Sulut) mengharapkan aksi demontrasi masyarakat anti kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS), George Bush ke Indonesia, harus santun dan menghindari anarkis dan kekerasan.

"Aksi demonstrasi adalah hal biasa dalam alam demokrasi, namun harus sesuai tata krama dan tidak anarkis yang akhirnya merugikan masyarakat umum," kata Ketua GP Ansor Sulut, Benny Rhamdani, Senin di Manado.

<>

Kata Rhamdani, kunjungan Presiden Bush ke Indonesia harus dinilai secara positif karena kedatangannya untuk membicarakan hubungan bilateral kedua negara tersebut, terutama kerjasama perdagangan, pendidikan, kesehatan maupun penanganan korban bencana alam.

"Indonesia adalah negara investasi AS terbesar kedua setelah Uni Eropa, sehingga hubungan kerjasama bidang ekonomi perlu dilihat secara proporsional dan dipertahankan," kata Rhamdani, juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulut.

Gelombang unjuk rasa penolakan kunjungan Presiden Bush ke Istana Bogor, adalah tindakan terjadi secara alamiah dengan menyuarakan hati nurani atas penilaian masyarakat terhadap negara AS, tapi harus dilakukan sesuai koridor dan tidak mengganggu dua negara tersebut.

Menurut Rhamdani, jika nantinya unjuk rasa anti kunjungan Presiden Bush terjadi aksi anarkis, akan menjadi imej buruk dan negatif bangsa Indonesia di mata dunia, sekaligus mengancam hubungan bilateral Indonesia-AS.

"Aksi demonstrasi penolakan Presiden Bush sebenarnya pemikiran tidak cerdas, dan diduga dimanfaatkan sekelompok orang atau oknum tidak senang pada hubungan bilateral Indonesia-AS," kata Rhamdani.

Rhamdani mengusulkan kepada masyarakat penolak Presiden AS itu, aspirasi harus disampaikan secara elegan dengan diplomasi politik melalui tokoh politik atau pemerintah.

"Ingat, jika unjuk rasa penolakan kunjungan tersebut terjadi aksi anarkis, berarti tesis Presiden Bush tentang Indonesia daerahnya teroris akan jadi kenyataan," ujar Rhamdani. (ant/mad)