Warta

Gus Dur: Jangan Menyerang Malaysia

NU Online  ·  Ahad, 13 Maret 2005 | 11:14 WIB

Surabaya, NU Online
Mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyatakan Indonesia sebaiknya jangan menyerang Malaysia dan tetap mengupayakan perundingan dengan Malaysia terkait sengketa blok Ambalat di batas laut Sulawesi.

"Nggak perlu mengurusi orang bingung, tapi berunding saja. Yang penting dalam berunding itu ’kan siapa yang paling keras suara. Jangan menyerang dan jangan takut, tapi jangan mengalah. Malaysia pasti takut sendiri, karena orang Malaysia itu cuma berapa jumlahnya," katanya di Masjid Agung sunan Ampel, Surabaya, Minggu.

<>

Di hadapan sejumlah ulama dan ratusan umat Islam dalam acara "Doa dan Dzikir Untuk Keselamatan Bangsa" dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu, cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari itu mengaku berunding merupakan jalan terbaik.

Ketika didesak pers tentang soal Ambalat, mantan Ketua Umum PBNU itu hanya menyebut "berunding" dengan buru-buru ke dalam mobilnya untuk memburu waktu penerbangan ke bandara Juanda Surabaya.

Dalam acara yang digagas Majelis Dzikir Al-Badi’ Indonesia itu, Gus Dur sempat menyampaikan ceramah yang intinya menceritakan sejarah perjuangan Sunan Ampel dalam mendakwahkan Islam kepada masyarakat Indonesia secara damai dengan warisan berupa ahlak dan keihlasan.

Diberitakan sebelumnya, mantan pejuang yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Yusuf Hasyim (Pak Ud) mengimbau militer Indonesia jangan melayani Malaysia di laut jika benar-benar terjadi "clash" RI-Malaysia.

"Saya berharap clash RI-Malaysia seperti di zaman Bung Karno tak terjadi, tapi kalau akhirnya terjadi ya jangan dilayani di laut atau udara, layani di daratan Kaltim-Kalbar saja," kata pamanda Gus Dur itu di Surabaya (5/3).

Putra pendiri NU KH Hasyim Asy’ari itu menambahkan, jika clash terjadi di laut atau udara, maka pemerintah Indonesia harus jeli melihat kemungkinan Malaysia didukung Shell, sehingga kasus lepasnya Sipadan-Ligitan tidak terulang.

"Kalau kita tak hati-hati, maka kita akan kehilangan pulau lagi, karena itu Bung Karno mengingatkan dengan istilah ’jas merah’ atau jangan sampai melupakan sejarah, khususnya sejarah clash RI-Malaysia di masa silam," katanya.(ant/mkf)