Gus Dur: Kalau Makam Dibongkar, Terjadi Kerusuhan Besar
NU Online · Selasa, 20 April 2010 | 04:17 WIB
Makam Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad yang kini terletak di depan Terminal Peti Kemas Koja, Jl. Timor Raya adalah makam keramat yang memiliki maziyah (keutamaan). Oleh beberapa ulama, makam ini dianggap sebagai "paku bumi"-nya Jakarta. Artinya jika makam ini diganggu maka akan ada bencana yang menyertainya.
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tiga periode, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah seorang ulama yang pernah menyampaikan adanya aspek kekekramatan pada makam ini. Menurut Gus Dur, Makam Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad adalah salah satu makam keramat yang layak untuk diziarahi oleh umat Islam di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan pada kisaran tahun 1997 sebelum makam tersebut dibongkar oleh Hutomo Mandala Putera yang telah menguasai kawasan tersebut dengan PT Humpus-nya, Gus Dur pernah mewanti-wanti agar makam tersebut tidak dibongkar.<>
"Kala itu Gus Dur sedang dirawat di Rumah Sakit Koja. Kebetulan waktu itu yang menjadi Direktur Utama di RS Koja adalah dr. Umar Wahid (adik kandung Gus Dur). Kepada para ulama dan santri-santri yang mengunjunginya Gus Dur berpesan agar menjaga dan melestarikan makam tersebut," tutur Katib Syuriyah PCNU Jakarta Utara KH Miftakhul Falah kepada NU Online di Jakarta, Selasa (20/14).
Menurut Kiai Miftah, saat itu banyak ulama menjadi saksi atas pengakuan Gus Dur ini. Antara lain adalah KH Mustahdi dari Cirebon, Kiai Ma'mun al-Ayubi Wakil Sekretaris PWNU Jakarta, Kiai Musta'in anggota A'wan PCNU Jakarta Utara dan Ir. Budiono pengurus Ansor Jakarta Utara.
"Waktu itu hari Ahad, tanggal 15 Juli 1997 di RS Koja, kepada para penjenguknya Gus Dur mengatakan, 'Kalau makam itu dibongkar, pasti terjadi kerusuhan besar'," tutur Kiai Miftah menirukan ucapan Gus Dur.
Lebih lanjut Kiai Miftah menuturkan, namun PT Humpus tetap memaksa untuk membongkar dan memindahkan makam tersebut pada hari Rabu tanggal 15 oktober 1997, meskipun tidak mendapatkan persetujuan dari ahli waris.
"Setelah pembongkaran, saya masih sempat melihat bekas lubang-lubang di pekuburan tersebut. tetapi pada lubang makam Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad, hanya ada lobang sekitar 70 centi meter, tidak sampai satu meter. Saya tidak tahu apakah jasad Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad berhasil dipindahkan atau tidak," terangnya.
Tidak sampai satu bulan sejak area pemakaman tersebut diboongkar, kata Miftah, area tersebut langsung ditutup untuk umum. Tidak seorang pun diperkenankan untuk masuk ke sana. Hingga kemudian dibuka kembali ketika Gus Dur menjadi Presiden.
"Sebelum ditutup untuk umum, saya sempat berziarah ke makam Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad. Di sana saya ditemui oleh seorang kakek yang mengaku bernama Asan dari Banten, berumur kira-kira 70-an tahun yang mengatakan bahwa Habib Hasan bin Muhammad al-Haddad masih bersemayam di sana," ungkap Miftah.
Namun Kiai Miftah mengaku tidak yakin, apakah benar kakek Asan tersebut benar-benar seorang manusia atau bukan. Yang Jelas menurutnya nama Asan dalam bahasa Sunda/Banten, cukup identik dengan nama Hasan, sang Habib sendiri. (min)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
3
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua