Warta

Gus Dur: MUI-FPI Nggak Usah Ikut-ikutan Soal Al-Qiyadah

Rab, 31 Oktober 2007 | 23:17 WIB

Jakarta, NU Online
Mantan presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meminta kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Front Pembela Islam (FPI) agar tak campur tangan dalam urusan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Menurutnya, aliran yang dinilai ā€˜sesatā€™ itu seharusnya diserahkan kepada Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem).

"Saya lihat MUI dan FPI sudah turut campur dalam masalah ini. Padahal, kan sudah ada Pakem. MUI dan FPI nggak usahlah ikut-ikutan, serahkan saja pada yang mengurusi," kata Gus Dur kepada wartawan di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (31/10).<>

Dalam kesempatan itu, Gus Dur kembali menyatakan bahwa aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah pimpinan 'Rasul' Ahmad Moshaddeq itu tidak sesat, melainkan salah. ā€œKalau menurut umat Islam, rasul terakhir adalah Nabi Muhammad. Nah, itu mereka pemimpinnya malah ngaku rasul," terangnya.

Karenanya, mantan Ketua Umum PBNU itu mendesak kepada pemerintah agar menindak aliran yang mengajarkan Ruhul Qudus tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku. "Mereka dididik agar kembali ke jalan yang benar," ujarnya.

Sebelumnya, telah menyatakan bahwa Al-Qiyadah Al-Islamiyah diserahkan kepada Pakem. Alasannya, lembaga tersebut terdiri dari unsur Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri Departemen Hukum dan HAM dan Polri, lebih berwenang dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap tiap paham atau aliran agama maupun kepercayaan.

Walaupun tidak berhak mengambil tindakan, namun, penilaian Pakem terhadap sebuah paham dijadikan rujukan bagi pemerintah untuk mengambil sikap dan tindakan yang diperlukan.

"MUI, ormas Islam, maupun masyarakat jangan mengambil kesimpulan sendiri, apalagi bertindak," tegasnya dalam acara deklarasi pasangan calon bupati dan calon wakil bupati Bojonegoro, Talhah-Tamam Syaifuddin (Tahta) di Alun-alun Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa (30/10) lalu.

Menurut cucu pendiri NU: Hadratus Syeikh KH Hasyim Asyā€™ari itu, di dalam agama Islam terdapat banyak aliran. Bukan hanya di Indonesia saja, tapi juga dalam skala internasional.

Dicontohkan Gus Dur, di Arab Saudi ada aliran Wahabisme yang mendukung ajaran Dinasti Saudi. Malah, pemimpinnya dulu, Muhammad bin Abdul Wahhab tak kalah populer dengan Nabi Muhammad SAW.

"Pengikut Al-Wahabiyah banyak sekali di sana (Arab Saudi, red). Dan tidak apa-apa oleh pemerintah Arab Saudi. Undang-undang kita pun menjamin kebebasan berpikir dan berpendapat, jadi boleh-boleh saja mereka (Al Qiyadah Al Islamiyah, Red)," jelasnya. (rif/dtc)