Warta

Gus Dur Resmikan The Wahid Institute

NU Online  ·  Selasa, 7 September 2004 | 17:48 WIB

Jakarta, NU Online
Sejumlah tokoh mengharapkan The Wahid Institute mampu menjadi pusat penyebaran ajaran Islam yang menghargai keragaman dan menampilkan nilai-nilai perdamaian.

Selasa malam, (7/9) KH Abdurrahman Wahid meresmikan sebuah lembaga kajian Islam dan Kebudayaan dengan nama The Wahid Institute (TWI).  Menutup sejumlah sambutan dalam acara peresmian TWI, Gus Dur mengharapkan lembaga yang namanya diambil dari nama diri, bapak dan kakeknya itu akan dapat membangun pemikiran Islam moderat yang mendorong terciptanya demokrasi pluralisme agama. "Saya mengharapkan The Wahid Institute bisa berkembang bagi kepentingan umat Islam dan seluruh agama lainnya,"kata Gus Dur di Ballroom Hotel For Seasons (dulu Hotel Regent), Jln HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

<>

Gus Dur pun mengungkapkan pengalamannya selama ini dalam menyampaikan ajaran Islam yang sebenarnya penuh dengan toleransi, nilai-nilai perdamaian. "Dulu saya  tidak pernah diundang dalam acara-acara yang diadakan pemerintah Iran, padahal saya ini ketua umum PBNU. Karena pada saat itu, saya satu-satunya pemimpin Ormas Islam yang berani menyanggah keabsahan vonis hukuman mati yang dijatuhkan Ayatullah Khomeini kepada Penulis Novel The Satanic Verses Salman Rushdie,"ungkap Gus Dur.

"Untuk meyakinkan bahwa sebenarnya Salman Rushdie tidak serius dengan apa yang ditulisnya, atau dia hanya main-main dengan agama, maka saya membaca buku berjudul The Satanic Verses itu berkali-kali,"kata Gus Dur tentang permasalahan di balik kontroversi The Satanic Verses yang diterbitkan Viking Penguin Inc, New York pada 1988 silam.

Dua orang tokoh Muhammadiyah juga berkesempatan memberikan sambutan, mereka adalah Dr. Muslim Abdurrahman, dan Syafii Maarif, ketua umum PP Muhammadiyah.

Dalam sambutannya, Syafii Maarif mengakui, bahwa Islam yang diajarkan Gus Dur selama ini adalah Islam berdasarkan kualitas, bukan Islam yang berdasarkan kuantitas.

Namun demikian, Islam kualitas yang bersumber dari ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam ini masih kalah menonjol dengan Islam yang lebih dikesankan dunia sebagai  menakutkan. "Islam saat ini jangankan menjadi rahmat bagi semesta alam, rahmat bagi Islam sendiri saja belum bisa. Ini fakta,"tandas Syafii.

Karena itu, Syafii mengharapkan TWI mampu mendorong Islam menjadi rahmat bagi Islam dan semesta alam.

Menjelaskan tentang posisinya di balik pendirian TWI, Gus Dur mengungkapkan, bahwa TWI murni pekerjaan putrinya, Yenny Zannuba Wahid. "Saya tidak ikut-ikutan, ini murni kerjanya Yenny. Saya hanya belajar dari prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, Tutwuri Handayani,"kata Gus Dur menjelaskan.

Yenny yang mengawali sambutan sebagai  managing director TWI malam itu mengatakan,"Tujuan TWI sejalan dengan visi Gus Dur, yaitu membangun pemikiran Islam moderat yang mendorong terciptanya demokrasi pluralisme agama-agama, multikulturalisme, dan toleransi di kalangan kaum muslim Indonesia, "kata Yenny yang akhir-akhir ini selalu mendampingi  Susilo B. Yudhoyono, ketika  Capres tersebut mengunjungi para kiai NU.

Ditambahkan Yenny, bahwa salah satu program TWI antara lain mengkampanyekan pemikiran Islam yang menghargai pluralitas dan demokrasi. Selain itu, TWI yang berkantor di Jln Duren Tiga Raya No. 4 Jakarta Selatan ini, nantinya melalui program pendidikan akan mendidik para kiai muda yang ada di desa berdasarkan visi Gus Dur.

Malam itu, sejumlah mantan pejabat yang hadir antara lain, Marsilam Simanjuntak, Jenderal (purn) Wiranto, SBY, Try Sutrisno, dan Luhut Binsar Panjaitan. Sedangkan Gus Dur Didampingi istrinya, Shinta Nuriyah Wahid.(Dul)