Warta

Gus Mus: Pesantren Tak Ajarkan Kekerasan

Kam, 23 Agustus 2007 | 14:48 WIB

Magelang, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Leteh Rembang, KH.Mustofa Bisri (Gus Mus), menyatakan bahwa pesantren tidak mengajarkan kekerasan.

"Pesantren itu mendidik akhlak, moralitas bukan mengajarkan kekerasan," katanya di sela acara khataman akhir tahun di Pesantren Raudhatut Thullab di Wonosari, Prajeksari, Tempuran, Magelang, Rabu malam.

<>

Ia mengatakan hal tersebut menanggapi terjadinya tindak kekerasan di Pondok Pesantren Assalam Pabelan, Sukoharjo yang dilakukan para santri senior kepada yuniornya.

Menurut dia, pesantren itu tidak hanya satu jenis, tergantung kiainya dan pesantren sekarang ada yang tidak menggunakan kiai. Kalau pesantren zaman dulu memakai kiai tidak mungkin ada kekerasan.

"Kekerasan itu pingin meniru yang lain. Jadi, aslinya pesantren itu mendidik akhlak, di kitab kuning ada aturannya. Kalau sampai ada kekerasan itu saya tidak tahu model apalagi," katanya.

Tidak ada aturannya, katanya, pesantren mendidik moralitas tetapi bertentangan dengan moralitas. Ia mengatakan, banyak anak nakal dan keras dipondokkan supaya menjadi lebut dan baik. Agama Islam tidak mentolerir kekerasan dalam bentuk apa pun.

Pesantren, katanya, sebenarnya tidak seperti yang diduga orang bahwa pesantren itu satu jenis, padahal pesantren itu jenisnya sebanyak kiainya. Kalau kiainya berpolitik pesantrennya berbau politik dan santrinya senang politik. Kalau kiainya orang birokrat maka akan diatur seperti birokrasi.

"Jadi, macam-macam pesantren tergantung kiainya dan sekarang ada pesantren yang tidak pakai kiai, yayasan saja yang tentu saja lebih menekankan pada pilihan pengurusnya. Kalau pengurusnya tertarik Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tentu akan meniru seperti IPDN. Kalau tertarik pada universitas bisa meniru Universitas Gajah Mada (UGM)," katanya. (ant/kut)