Warta

Hasyim: Masih Ada yang Salah Persepsi Mengenai Islam

Sab, 2 Desember 2006 | 08:27 WIB

Surabaya, NU Online
Memburuknya citra Islam di mata internasional selain disebabkan adanya pemahaman yang salah dari pihak Barat juga akibat ulah sekelompok umat Islam sendiri yang menyimpang dari ajaran agamanya.

"Oleh pihak Barat, Islam selalu dipandang dari keadaan dan perilaku pemeluknya yang bersikap keras. Islam tidak dipandang dari sisi ajaran agamanya yang bersih dan cinta damai. Akhirnya Islam diidentikkan dengan kekerasan," kata  Ketua Umum PBNU KH A Hasyim Muzadi saat memberikan sambutan pengukuhannya sebagai Doktor Honoris Causa bidang Peradaban Islam di IAIN Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (2/12).

<>

Di pihak lain, lanjut Hasyim, masih ada orang Islam yang salah dalam mempersepsikan ajaran Islam, misalnya tentang perang. Perang yang murni, menurut Hasyim, hanya terjadi di jaman Rasul. Tidak boleh merusak rumah, tidak boleh membunuh pendeta, tidak boleh mencabuti tanaman, tidak boleh menyerang karena Rasul dalam perang hanya bersikap defensif.

“Banyak yang menganggap bahwa mengganggu orang lain yang sedang beribadah itu merasa dapat pahala. Padahal itu adalah larangan Rasul!” kata pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam Malang ini.

Hasyim menyitir sebuah ayat al-Quran tentang larangan kaum muslimin mengganggu (menghina) umat lain. Dikhawatirkan, mereka akan berbalik menghina Tuhan kaum muslimin dengan lebih buruk, karena mereka tidak berpengetahuan.

“Masih banyak yang beranggapan, mengganggu gereja itu dapat pahala. Pakai takbir lagi. Semakin banyak genting yang jatuh, semakin banyak pahala terkumpul,” kata Hasyim yang disambut tawa para undangan.

NU, menurut Hasyim, dalam pengembangan dakwahnya tetap bersikap moderat. Moderat bukan berarti tidak bersikap. Tapi tetap bersikap lurus dan konsekwen dalam perjuangan. Dalam metode dakwahnya, NU tidak melihat persoalan hitam-putih. Tapi menggunakan tiga macam pendekatan: fiqih ahkam, fiqih dakwah dan fiqih siyasah. Karena itulah NU tidak gampang bersikap apriori terhadap budaya baru.

Melihat budaya baru yang kurang benar, misalnya, tidak serta merta dihukumi haram lalu dibubarkan. Tapi dipandang kemungkinannya untuk bisa diperbaiki. Kalau memang sudah tidak diperbaiki lagi, baru ditinggalkan. “Lha kesalahan kita selama ini, melihat orang lain harus sama dengan kita,” kata Hasyim.

Sikap moderat NU dicontohkan Hasyim, NU mengutuk keras tindakan terorisme, karena terorisme merusak Islam. Akan tetapi di sisi lain, NU juga menolak liberalisme, karena liberalisme menggerogoti Islam. “Jadi, moderat itu bukan tidak berpendapat. Tapi tetap besikap lurus dan konsekwen,” kata Presiden WCRP ini

Tentang perbedaan corak dan warna Islam di Indonesia dan Timur Tengah, Hasyim menyatakan, hal itu terjadi karena perbedaan cara dan metodologi menerapkannya. Akan Tetapi keduanya tetap sama muslimnya.

Sebelum meningalkan podium, Hasyim membuat guyonan yang banyak menarik perhatian. Dikatakan, Mbah Marijan mohon maaf tidak bisa hadir di tempat itu, karena sedang menunggui Gunung Merapi! (Sbh)