Warta

Hasyim Muzadi Resmi Bergelar Doktor

Sab, 2 Desember 2006 | 07:44 WIB

Surabaya, NU Online
Pengukuhan Ketua Umum PBNU Drs KH A Hasyim Muzadi sebagai penerima gelar Doktor Honoris Causa di bidang Peradaban Islam dari IAIN Sunan Ampel Surabaya terlaksana sudah. Pengukuhan dilaksanakan di ruang Gema IAIN Sunan Ampel, Sabtu (2/12) .

Acara yang dimulai pukul 10.00 WIB ini, diawali dengan pembacaan curriculum vitae Hasyim Muzadi, yang dilakukan oleh Prof. Dr. H. Ahmad Zahro MA, selaku ko-promotor sekaligus Direktur Pascasarjana IAIN Sunan Ampel. Sedangkan pengukuhan dilakukan Prof Dr HM. Ridwan Nasir, MA, promotor, yang juga Rektor IAIN Sunan Ampel.

<>

Dalam sambutannya Direktur Pascasarjana IAIN surabaya ini mengatakan, Hasyim layak mendapatkan gelar Doktor HC karena telah memberikan sumbangsih yang besar pada pengembangan agama yang rahmatan lil alamin ke seluruh dunia. Lebih dari itu, Pak Hasyim juga mempunyai kecerdasan intelektual dan mampu menggabungkannya dengan kecerdasan emosional. Dampaknya, sesuatu yang bersifat serius bisa disampaikan dengan enak dan mudah dicerna. “Sangat jarang orang memiliki kemampuan seperti itu,” kata Pak Zahroh.

Sementara Rektor IAIN Sunan Ampel Prof. Dr. H.  Ridwan Nasir MA mengatakan, peranan Hasyim dalam menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin sangatlah besar. Dalam menangani konflik-konflik kedaerahan, Pak Hasyim seringkali bersilaturahmi langsung ke tempat konflik itu terjadi. Sedangkan untuk advokasi internasional menggunakan ICIS sebagai salurannya.

Selain aktif berjuang di lapangan, ternyata Pak Hasyim juga masih sempat menulis beberapa buku. Pemandangan itulah yang menarik perhatian Rektor lebih mendalam. “Sangat jarang seorang pejuang, sekaligus penulis buku,” tutur Rektor IAIN. “Karena itu kami tunggu karya-karya DR KH A Hasyim Muzadi di masa-masa mendatang,” imbuh rektor.

Hadir dalam pengukuhan itu beberapa tokoh penting. Dari pejabat negara terdapat Wakil Presiden HM Yusuf Kalla, Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Jimly As-Shiddiqi, Wakil Gubernur Jawa Timur H Sunarjo, dan beberapa pejabat yang lain. Para Duta Besar negara-negara sahabat juag banyak hadir.

Dari kalangan politisi terdapat mantan ketua DPR Akbar Tandjung, Ketua Badan Kehormatan DPR Slamet Efendy Yusuf, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar. Sedangkan dari pengurus PBNU tampak Rais Aam DR KH MA Sahal Mahfudz, Wakil Rais Aam DR KH A Tolchah Hasan, Mustasyar KH A Muchith Muzadi, Ketua PBNU Prof Dr KH Said Agil Siradj, HM. Rozy Munir,SE, Sekjen PBNU Endang Turmudzi MA dan para Wakil Sekjen. Juga tak ketinggalan pimpinan dari Badan otonom (Banom) NU seperti Khofifah Indar Parawansa, Maria Ulfah Anshor, dan lainnya.

Sementara kursi lain banyak ditempati undangan dari para ketua PWNU, Ketua PCNU se-Jawa Timur, para kiai pengasuh pondok pesantren, para Kepala Daerah dari NU dan undangan lain dari para tokoh agama dan kalangan Tionghoa. Termasuk Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Syafi’i Ma’arif.

Sementara DR. KH. MA Sahal Mahfudz yang kebagian menyampaikan sambutan atas nama tokoh masyarakat, mengatakan, pemberian gelar akademik tertinggi pada pak Pak Hasyim itu, selain rahmat bagi dirinya, sekaligus sebagai amanat. Kalau hanya dinilai sebagai rahmat –apalagi nikmat—maka yang muncul adalah rasa bangga. Tapi  kalau dipandang sebagai amanah, maka yang muncul adalah rasa tanggung jawab. Sikapnya akan beda setelah menerima gelar yang tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Apalagi Pak Hasyim merupakan orang pertama yang meraih gelar itu dari IAIN Sunan Ampel, sejak lembaga itu didirikan tahun 1961.

Pada sambutan terakhir, Wapres Yusuf Kalla menyambut baik penganugerahan gelar tersebut. “Dari kecerdasan intelektual, sangat memenuhi syarat,” tuturnya. Disamping itu, pengabdiannya dalam mengkampanyekan agama yang rahmatan lil alamin tidaklah kecil.

Wapres berharap agar Islam yang tengah dikembangkan NU tidak hanya bisa membawa rahmat lil alamin (seluruh dunia), tapi juga rahmat lil indunisiy (rahmat bagi Indonesia), “Karena Indonesia bagian dari alam ini,” kata Wapres.

Wapres juga mengatakan, buruknya citra Islam di mata intenasional juga karena  perbuatan umat Islam sendiri yang sebenarnya menyimpang dari garis Islam itu sendiri. Maraknya konflik antar pemeluk agama di beberapa daerah misalnya, itu juga akibat kesalahan para tokoh agama yang menjual murah surga. Sorga diobral. Siapa yang membunuh penganut agama lain dijanjikan sorga. “Jadi obral itu surga,” ungkap Ketua Umum Golkar tersebut

Acara yang dihadiri 500 und