Warta

Hasyim Prihatinkan Kiai NU ‘Direkayasa’ untuk Kepentingan Pilkada

NU Online  ·  Selasa, 26 Februari 2008 | 22:21 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi memprihatinkan kondisi para kiai NU yang ‘direkayasa’ untuk kepentingan pemilihan kepala daerah (pilkada). Menurut dia, hal itu jelas merupakan upaya pelibatan para kiai NU dalam wilayah politik praktis.

“Ini jelas bukan kiai-nya yang melibatkan diri dalam politik praktis. Tapi, ada pihak-pihak yang ‘menarik-narik’ kiai dalam politik,” jelas Hasyim yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (26/2).<>

Fenomena yang berkembang, kata Hasyim, orang-orang yang berkepentingan dalam pilkada di sejumlah daerah selalu berupaya mencari dukungan melalui para kiai NU di pesantren. Namun, setelah kepentingannya selesai, para pemimpin pesantren itu pun ditinggalkan.

“Mereka (para kiai) itu didatangi para calon di pilkada, bukan sebaliknya. Sehingga, saya tidak bisa menyalahkan kiai-kiai jika terlibat di politik praktis,” ungkap mantan calon wakil presiden berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri pada Pemilihan Umum 2004 silam itu.

Hasyim meminta kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam pilkada agar tidak membawa nama besar NU dan melibatkan para kiai. Pasalnya, secara tegas, NU bukanlah partai politik yang tidak berkepentingan sama sekali terhadap politik praktis.

Setiap warga NU, tambahnya, tidak dilarang untuk berpolitik praktis. Namun, hal itu harus tanpa melibatkan NU sebagai organisasi di dalamnya. “Termasuk penggunaan simbol-simbol NU dalam setiap aktivitas politik, tidak boleh,” pungkasnya.

“Contoh itu, Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta)! Dia orang NU, ketua Pengurus Wilayah NU DKI Jakarta yang ikut pilkada. Tapi, dia bersih. Dalam prosesnya, dia tidak membawa-bawa nama NU dan tidak melibatkan kiai. Dan, dia sukses jadi gubernur,” jelas Hasyim. (rif)