Warta

Ideologi Transnasional harus Disesuaikan dengan Basis Kebangsaan

Sen, 13 Agustus 2007 | 09:01 WIB

Jakarta, NU Online
Ideologi transnasional yang masuk ke Indonesia harus disesuaikan dengan basis kebangsaan karena jika tidak "diolah" terlebih dahulu maka berpotensi mengakibatkan perpecahan dan disintegrasi bangsa.

Hal ini disampaikan Pengurus Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) PBNU Ahmad Baso, di Jakarta, Senin, mengingat selama ini ada kecenderungan ideologi transnasional masuk ke Indonesia tanpa diolah atau disesuaikan dengan kepentingan bangsa.

<>

Ideologi-ideologi tersebut, katanya, masuk ke Indonesia dalam berbagai "bendera" yaitu agama, hak azasi manusia, demokrasi dan liberal yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu.

Ideologi tersebut, katanya, sering berbenturan dengan nasionalisme dan budaya di Indonesia. "Selama ini kita hanya menjadi obyek dari transnasional. Diakui kita telah mengadopsi ide dari luar tetapi harus kita olah sedemikian rupa sesuai dengan kepentingan bangsa kita. Poinnya kan jangan jadi agen suara dari luar," katanya, ketika ditemui setelah menjadi pembicara dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh Kantata Research Indonesia.

Ia mengatakan sebutan transnasional merujuk kepada pergerakan ideologi-ideologi global yang melintasi batas-batas negara. Ideologi global itu bukan hanya berbentuk dakwah atau kampanye keyakinan, melainkan juga gerakan politik yang menggalang massa dan dukungan untuk mempengaruhi sebuah kebijakan politik dalam suatu negara untuk kepentingan global.

"Ideologi tersebut tidak mengusung kepentingan Indonesia melainkan menjadikan Indonesia sebagai korban dari gerakan dan ideologi global tersebut," katanya.

Untuk itu, bangsa Indonesia perlu membentengi diri dari pengaruh ideologi transnasional. "Perlu ditanamkan kepada generasi muda bangsa bahwa Indonesia ini adalah payung untuk semua, apa pun latar belakang agama, etnis atau sukunya. Jangan hanya menjadi agen dari ideologi itu," ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Abdul Munir Mulkhan, yang ditemui di tempat yang sama mengatakan ideologi-ideologi transnasional yang masuk harus diubah menjadi pendorong bagi penguatan lokalitas.

"Transnasional seharusnya membuat penguatan pada lokalitas kalau kemudian dia mengalami subtansialisasi. Kalau tidak pasti kalah dari transnasional," ujarnya. (ant/mad)