Warta

Idul Fitri di Indramayu Anak-anak Malah Pesta Merokok

NU Online  ·  Kamis, 1 September 2011 | 11:45 WIB

Indramayu, NU Online
Setiap datangnya hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, di beberapa kecamatan di wilayah Indramayu Jawa Barat, terdapat tradisi yang sangat memilukan, dengan dibiarkannya anak-anak usia di bawah sepuluh tahun untuk bebas bersaing menghisap rokok di tempat terbuka menghisap rokok sambil bertamu ke sana ke mari, dan dibiarkan oleh orang tua dan keluarganya. Bahkan tak jarang orang tua yang sengaja memfasilitasi dengan ngasih uang jajan kepada anak-anaknya untuk membeli rokok.<>
 
Gejala itu sudah ada sejak puluhan tahun silam, utamanya di wilayah Indramayu Timur, seperti di kecamatan Krangkeng, Keacamat Karangampel, Kecamatan Kedokan Bunder, Kecamatan Juntinyuat, Kecamatan Sliyeg dan kecamatan-kecamatan lainnya.
 
Alasan para orang tua membiarkan anak-anaknya bebas menghisap tembakau: Karena hal itu dianggap sebagai kebebasan dan “dispensasi’’ bagi anak-anak dalam merayakan momentum Idul Fitri, setelah sebulan anak-anak juga banyak yang ikut merasakan jerih payahnya dalam beribadah puasa.
 
“Ini tradisi yang sangat memilukan, perlu untuk segera dibenahi dan perlu mendapat perhatian serius dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Karena anak-anak usia rata-rata 8-12 dibiarkan bebas merokok oleh orang tua mereka di hari raya, meskipun mereka dilarangnya setelah momentum hari raya usai. Fenomena itu sama halnya para orang tua membiarkan anak-anaknya berkenalan dengan candu tembakau yang membahayakan (bagi orang dewasa sekalipun) Apalagi dikonsumsi oleh anak-anak,” kata Ust. H Nasrulloh Afandi, Lc, MA seorang Da’i Muda yang berdomisili di pesantren Asy-Syafi’iyah Kedungwungu Krangkeng Indramayu.
 
“Apalagi, lajut Nasrulloh, biasanya setiap momentum hari raya itu, anak-anak akan menghisap rokok selama 3-4 hari,” tandas Nasrullah yang juga Mahasiswa program Doktor Syariah, universitas Al-Qurawiyin, Maroko itu.
 
Selain itu, diantara gejala lain yang cukup memilukan menjangkit anak-anak tersebut adalah fenomena “bersaing” dengan rekan-rekannya. Mereka saling bersaing dalam hal harga rokok. Biasanya semakin mewah dan mahal harga rokok yang dibeli dan dikonsuminya pada hari raya, maka merasa semakin bangga di tengah-tengah teman-temannya, karena mereka saling memperlihatkan kepada sesama temannya tentang merek rokok yang dibelinya.
 
Begitu pula dalam setiap momentum hari raya Idul Adha, gejala semacam itupun tak kalah maraknya. Sebab hari Raya Idul Adha pun dalam tradisi masyarakat setempat, adalah hari raya yang perlu dirayakan tak ubahnya hari raya Idul Fitri . 

Redaktur     : Mukafi Niam
Kontributor : Mahfudz