Warta ACIS KE-10

Islam Nusantara Punya Masa Depan Cerah

NU Online  ·  Selasa, 2 November 2010 | 02:00 WIB

Banjarmasin, NU Online
Kekhasan Islam yang tumbuh di negeri Khatulistiwa ini tidak ada bandingnya. Dari sisi jumlah, Indonesia berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Dari sisi aliran atau madzhab, Indonesia memayungi banyak aliran. Dari sisi budaya, Indonesia paling beragam, dan ramah dengan budaya serta tradisi lokal. Inilah Islam Nusantara, Islam yang memiliki masa depan cerah untuk dikaji dan menjadi rujukan kehidupan yang beradab. 

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia, Muhammad Ali dalam pembukaan Annual Conference on Islamic Studies (ACIS) ke-10 di Banjarmasin (1/11). Hadir dalam acara pembukaan itu mantan menteri agama KH Tholha Hasan, mantan menteri sekretaris kabinet Djohan Efendi, hakim Agung Abdurrahman, dan para pejabat setempat.
t;
"Dengan kekhasan tersebut bagaimana caranya kita implementasikan agar bisa menarik para pakar-pakar di dunia melakukan kajian terhadap Islam Indonesia, Islam Nusantara. ACIS ke-10 kali ini mengangkat tema menemukan kembali jati diri Islam Nusantara. Islam Nusantara dalam hal ini bukan hanya Islam di Indonesia saja, tapi Malaysia, Singapura, Brunai, Thailand, serta Philipina. Negara-negara ini dulu dikenal sebagai kawasan Nusantara," jelas Muhammad Ali.

“Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar di dunia yaitu 240 juta orang. Dari jumlah tersebut 85 persennya merupakan masyarakat muslim. Karena itulah Indonesia memiliki peran yang strategis untuk memajukan masyarakat muslim di dunia,” tegasnya.

ACIS ke-10 yang akan perlangsung dari tanggal 1-4 November 2010 dibuka secara resmi oleh Gubernur Kalimantan Selatan, Rudy Arifin, dengan bacaan basmalah dan penabuhan bedug. Rudy Arifin, Muhammad Ali dan Prof. Dr. Akh. Fauzi Aseri (Rektor IAIN Antarasi, Banjarmasin) menabuh bedug secara bersama-sama. 

Dalam kesempatan itu, Muhammad Ali juga mengatakan bahwa konferensi ini akan mempresentasikan 50 makalah dan menyebarkan 30 makalah terpilih. “Delapan puluh makalah yang dihadirkan di sini adalah pilihan dari 357 makalah yang masuk ke panitia,” ungkapnya.

Di antara pengkaji Islam yang akan menyajikan makalahnya adalah Masdar F Mas'udi (Jakarta), A. Mustofa Bisri (Jawa Tengah), Azyumardi Azra (UIN Jakarta), Djohan Effendi (Jakarta), Bambang Pranowo (Jakarta), Jalaluddin Rahmat (Bandung), Budhy Munawar-Rahman (Jakarta), Yudi Latif (Jakarta), dan lain-lain.

Hadir sebagai pemakalah dari luar negeri Mansoor Moh Noor (Universitas Kebangsaan Malaysia), Farish A Noor (Nanyang University Singapore), Ken Miichi (Jepang), Ra'fat Asy-Syaikh (Al-Azhar University Mesir), Ahmad Somboon Bualuang (Prince Sonkhla University Thailand), Moner Bajunaed (National Ulama Council of the Philippines), Johan Hendrik Meulemann dan Nelly van Doorn-Harder (Belanda), Mark Woodward (Amerika Serikat), dan Jonathan Zilberg (University of Illinoi, AS). (hmz)