Warta

Islam yang Gunakan Kekerasan Bukan NU

NU Online  ·  Senin, 12 Mei 2008 | 01:55 WIB

Tegal, NU Online
Sebagian kalangan umat Islam di Indonesia kerap menggunakan cara-cara kekerasan dalam menyikapi suatu masalah. Namun, bisa dipastikan mereka bukanlah kelompok atau bagian dari kalangan Nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU). Pasalnya, kiai dan ulama NU tak pernah menganjurkan kekerasan.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Pengurus Cabang NU Kota Tegal, Basukiyatno, pada Istighosah dan Tabligh Akbar yang digelar Pengurus Ranting NU Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, Ahad (11/5) kemarin.<>

“Kalau di suatu tempat mayoritas orang NU, maka damailah wilayah itu. NU tidak terlibat pengeboman, NU tidak terlibat pembakaran masjid,” terang Basukiyatno seperti dilaporkan Kontributor NU Online, Wasdiun.

Ia mengimbau kepada Nahdliyin agar tidak terpengaruh aksi-aksi sejumlah kelompok Islam garis keras. Pasalnya, kata dia, mereka begitu mudah membuat masalah di negeri ini. Justru di tengah maraknya masalah bangsa, perlu diciptakan kedamaian.

Hal senada diungkapkan Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah, Luwungragi, Brebes, KH Subkhan Makmun. Ia mengecam aksi pembakaran masjid Ahmadiyah di Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Menurut Kiai Subkhan, jika ada pihak-pihak yang tak sependapat dengan Ahmadiyah, maka harusnya menggunakan cara-cara yang lebih santun dan tidak dengan kekerasan. “Ketika ada orang yang salah arah, kita menunjukkan ke jurusan yang benar. Bukan dengan cara ditempeleng,” pungkasnya.

Ia berpendapat, pengikut Ahmadiyah pada dasarnya belum tahu apa sesungguhnya Islam. Maka, tugas umat Islam lainnya untuk memberikan pengetahuan kepada mereka dan menunjukkan jalan yang benar. “Jangan malah dicerca dan dihardik. Islam itu bukan kekerasan,” pesannya.

Istighosah yang dipimpin Al-Habib Muhsin bin Muhdhor bin Syeikh Abi Bakar itu berlangsung semarak. Ribuan warga NU memadati arena yang digelar di perempatan Jalan Nanas Kota Tegal itu. (nam)