Warta HARLAH KE-82 NU

Jadi Ajang Rekonsiliasi Tokoh Antar-Rezim

Rab, 30 Januari 2008 | 22:35 WIB

Jakarta, NU Online
Puncak peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-82 Nahdlatul Ulama (NU) di Gelora Bung Karno, 3 Februari mendatang, tak hanya merupakan forum silaturrahim warga Nahdliyin (sebutan untuk warga NU). Melainkan juga menjadi ajang rekonsiliasi para tokoh bangsa lintas generasi dan antar-rezim yang berkuasa di negeri ini.

Pada hajatan besar yang diikuti sekira 300 ribu kaum Nahdliyin itu, akan hadir pula Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah mantan presiden beserta keluarganya. Mereka, antara lain, keluarga mantan presiden Soeharto, BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri dan keluarga lainnya.<>

"Kami undang semua mantan presiden dan keluarganya, anak-anaknya. Kalau nggak rekonsiliasi, ya, minimal menurunkan ketegangan atau konflik yang selama ini terjadi," ungkap Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (30/1) kemarin.

Hasyim yang juga mantan calon wakil presiden berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri itu berharap, melalui pertemuan tersebut, kepemimpinan antar-generasi di negeri ini berjalan secara estafet, bukan tragedi seperti yang terjadi saat ini.

"Keluarga Bung Karno, misalnya. Saya tidak hanya mengundang Bu Mega (Megawati Soekarnoputri), tapi semua anak Bung Karno. Waktu saya melayat Pak Harto ke Cendana, saya juga bilang ke anak-anak Par Harto agar datang. Untuk Presiden SBY, saya telah ketemu sendiri. Insya Allah bisa datang," ungkapnya.

Mantan ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur itu menambahkan, NU sangat menghargai jasa para pemimpin negeri ini. Bung Karno, misalnya, menurut Hasyim, ia punya jasa besar karena telah memplokamirkan kemerdekaan Indonesia.

"NU melihat dari dua sisi, yaitu pemimpin dan sisi manusia. Dari sisi pemimpin, jasanya harus kita hargai. Kemudian dari sisi manusia, dia bisa salah. Kalau dituntut, nggak bikin salah, ya, nggak mungkin. Justru tuntutan itu yang perlu dipertanyakan," terang Hasyim.

Selain Bung Karno, Soeharto dan para mantan lainnya juga punya jasa besar bagi bangsa Indonesia. "Tanpa Bung Karno dan Pak Hatta, mungkin bangsa belum merdeka. Pak Harto mungkin di bidang stabilitas nasional, Habibie mungkin di HAM-nya, Gus Dur dengan gagasan dan pemikirannya. Begitu pula dengan jasa Megawati dan SBY," jelasnya.

Peringatan Harlah NU tahun ini digelar cukup besar dan akan menjadi ajang bertemunya para tokoh nasional dan warga NU yang selama ini bercerai berai. NU, katanya, tak memandang seseorang dari sisi partai atau kelompok saja, tapi dari sudut kepentingan bangsa Indonesia secara keseluruhan. (rif)